Pelajar SMP asal Kota Blitar Mohammad Galang Satria Dijagad akan mengikuti lomba karya ilmiah internasional bertajuk Global Youth Summit (GYS) yang digelar di Kota Can Tho, Vietnam.
- Bupati Kediri Terima Penghargaan Lencana Jer Basuki Mawa Beya Emas
- Hidupkan Kejayaan Pasar Turi Baru, Pengelola Pastikan Akhir Juli Harus Buka Serentak
- Uji Publik Raperda Tibumtram Linmas, AJI Kota Jember Temukan Pasal Diskriminatif
Galang bersama tiga rekannya akan mengangkat karya ilmiah internasional terkait permasalahan limbah kotoran ayam petelur yang diubah menjadi pupuk semi organik yang sangat bermanfaat bagi tumbuhan.
Sebelumnya, anak dari pasangan Mohammad Trijanto dan Novi ini sering melakukan kajian banyaknya limbah kotoran ayam. Ia bersama temannya melihat persoalan limbah kotoran ayam yang hanya ditumpuk dan dibiarkan sangat mengganggu karena berbau.
"Berangkat dari limbah kotoran ayam serta pencemaran udara akibat bau yang dikeluarkan itu, kita mencoba mencari solusi alternatif. Salah satunya mengubah limbah kotoran ayam menjadi pupuk semi organik," kata Galang dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (12/7).
Menurut Galang, karya ilmiahnya menyajikan alternatif solusi untuk mendukung green economic.
Ditambahkan Galang, selama ini orang tahunya Kabupaten Blitar penghasil telur terbesar. Namun mereka tidak tahu adanya masalah sosial yang sering terjadi. Terutama masalah bau kotoran dari setiap peternakan ayam petelur.
“Hal yang sepele tapi sangat mengganggu saat warga di sekitar peternakan mencium bau kotoran ayam yang menyengat. Selain itu pada musim musim tertentu kotoran ayam mengundang banyak lalat yang kemudian lalat tersebut menyebar kerumah rumah warga yang bisa mengakibatkan penyakit. Dan hal ini salah satu sebab permasalahan sosial yang tidak kita ketahui di masyarakat,” kata Galang.
Dari hasil observasinya yang melibatkan peternak, pemerintah daerah dan petani di Blitar Raya, Galang dan teman-temannya kemudian memanfaatkan limbah kotoran tersebut.
Mereka bahkan berkonsultasi dengan sejumlah profesional yang memiliki kapasitas untuk menemukan alternatif solusi di bidang peternakan ini.
“Untungnya ada Om Alam Galih Wicaksono dari IPB dan Om Bahar Pandu dari UGM yang sangat sabar menjawab pertanyaan dan membantu kami menemukan solusi dari permasalahan limbah kotoran ayam,” ujarnya.
Dari konsultasi hampir tiga bulan, akhirnya ditemukan beberapa solusi alternatif, antara lain pemanfaatan limbah kotoran menjadi pupuk.
“Tapi, ini tidak murni pupuk organik. Kami menyebutnya dengan istilah pupuk semiorganik, jadi ada beberapa komponen tambahan yang kami gunakan. Awalnya, pupuk organik produksi kami tidak bisa diterima oleh sebagian besar petani karena efeknya lambat,” jelas Galang.
Sementara Kepala SMPN 1 Kota Blitar Julianto menegaskan, event internasional ini akan menjadi pengalaman berharga bagi lembaga pendidikan dan pemerintah daerah.
“Ini jelas memberikan warna yang berbeda untuk SMPN 1 Kota Blitar. Selain itu, event internasional ini tentu memberikan pengalaman dan memperluas cakrawala pengetahuan siswa,” katanya.
Pihaknya juga menyampaikan apresiasi kepada para wali murid yang memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Menurut dia, hal ini menjadi energi yang positif untuk siswa dan wali murid di SMPN 1 Kota Blitar.
“Rencananya GYS 2025 digelar di Indonesia, tepatnya di Kota Blitar. Mudah-mudahan event Asia Pasifik ini benar-benar bisa dilaksanakan di Blitar tahun depan," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Medical Week Semarakan Hari Jadi Lamongan Ke 454
- PDAM Surabaya Gelar Seminar Hukum Menggunakan Air PDAM Secara Ilegal dan Berlebihan untuk Tempat Ibadah
- Pemkot Surabaya Apresiasi Bunda PAUD dengan Dedikasi Lebih dari 10 Tahun