Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu membeberkan praktik perampokan yang mengakibatkan gagal bayar perusahaan Asuransi Jiwasraya.
- Perang Rusia-Ukraina Berkepanjangan, Indonesia Terancam Krisis Pangan
- PAN: Presiden Boleh Memihak Asal Tak Pakai Fasilitas Negara
- Cak Imin: Indonesia Punya Kekuatan Hadapi Persaingan, Bukan Bangsa Jajahan Global
Ia memaparkan, yang dimaksud risiko bisnis yakni ketika semua produk atau perusahaan yang menjalankan bisnis yang sama maka akan mengalami hal yang sama pula. Hal itulah yang bisa dikatakan sebagai risiko bisnis namun tak terjadi di kasus Jiwasraya.
"Jadi itu logika seorang pebisnis. Jadi kalau ada yang membantah tidak ada perampokan, itu agak susah menjelaskannya," sambungnya.
Hal kedua yang mendasari keyakinan adanya perampokan dalam kasus Jiwasraya yakni masalah Jiwasraya yang terhitung mendadak.
"Ujug-ujug Jiwasraya sehat, (kemudian) tahu-tahu langsung sakit dan wafat. Ini bukan penurunan degradasi yang wajar," papar Said.
Hal ini diperkuat dengan tidak adanya krisis ekonomi yang terjadi di tahun 2014-2018 di mana tahun tersebut menjadi massa keterpurukan Jiwasraya. Tahun tersebut, bisnis asuransi di luar Jiwasraya berjalan aman dan lancar.
Poin ketiga yang mendasari adanya perampokan dalam kasus Jiwasraya yakni pola investasi yang dilakukan Jiwasraya. Menurutnya, publik sudah banyak mendeteksi cara investasi Jiwasraya salah.
"Tiga hal inilah yang meyakinkan saya adanya perampokan di Jiwasraya," tandasnya seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Maidi Masih Bimbang Tentukan Calon Wakil Walikota Madiun di Pilkada 2024
- Pemilu 2024, Gus Yani Bupati Gresik Siap Menangkan Golkar
- Brigjen Endar Kembali ke KPK, Ada Cawe-cawe Presiden Jokowi