Berkat Pemikiran KH Wahid Hasyim, Agama dan Negara Diletakkan Secara Demokratis

National Director of Gusdurian Network Indonesia, Alissa Wahid/RMOL
National Director of Gusdurian Network Indonesia, Alissa Wahid/RMOL

Berkat kiprah dan pemikiran KH Wahid Hasyim, hubungan negara dan agama bisa diletakkan secara demokratis. 


Demikian disampaikan National Director of Gusdurian Network Indonesia, Alissa Wahid dalam webinar yang digelar LP3ES bertema 'Pemikiran Politik KH Wahid Hasyim', Sabtu (24/4).

Alissa yang juga merupakan cucu KH Wahid mengatakan, pemikiran dan sikap progresif kakenya sudah terlihat sejak masih muda.

Tumbuh dan muda di pesantren Tebuireng, KH Wahid sudah menawarkan pola pendidikan hybrid antara ilmu agama dan ilmu pengatahuan umum di pesantren sejak masih berusia 19 tahun.

"Hal itu dilatarbelakangi oleh keyakinannya bahwa masa depan umat Islam di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau kapasitasnya dalam menguasai ilmu pengetahun umum," kata putri Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam keterangan tertulisnya seperti diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (25/4).

KH Wahid, kata dia, juga menjadi yang pertama memperkenalkan pendidikan Bahasa non Arab di Tebuireng. Kemudian oleh KH Hasyim Ahsari, dia diizinkan untuk membuat madrasah terpisah guna memperdalam pengetahun santri dalam ilmu pengetahuan umum.

KH Wahid Hasyim pula yang mengenalkan pola pembelajaran klasikal yang sangat berbeda dengan pola pembelajaran umumnya di pesantren-pesantren pada masa itu.

Ia melanjutkan, KH Wahid Hasyim banyak membawa pembaharuan di lingkungan pesantren, hingga sampai pada memberikan ruang besar kepada pendidikan anak perempuan.

"Hal itu kemudian yang membawa dampak pada terbukanya kesempatan kepada perempuan untuk menjadi hakim agama untuk pertama kali (1950). Sesuatu yang tidak pernah diizinkan di negara-negara muslim yang lain ketika itu," tutupnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news