BPS Minta Waspadai Dampak Perang Dagang AS-China

Badan Pusat Statistik (BPS) meminta mewaspadai perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berdampak pada volume dan nilai perekonomian Indonesia.


Sebelumnya BPS merilis bahwa impor nonmigas pada Juli 2019 sebesar 3.984,8 juta dolar AS, atau tumbuh 40,72 persen dari bulan Juni lalu, namun secara tahunan mengalami penurunan 11,96 persen.

Dari sisi negara asal, impor terbesar dari Tiongkok atau China 4,1 miliar dolar AS yang melonjak 57,68 persen secara bulanan, diikuti Jepang 1.4 miliar dolar AS yang juga 21,08 persen dan Thailand 839,9 juta dolar AS (25,6 persen).

Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia Juli terhadap Juni 2019 mengalami kenaikan yang dominasi kepada negara tujuan AS sebesar 507,2 juta USD, kedua Tiongkok sebesar 469,7 juta dolar AS, dam disusul India sebesar 288,1 juta dolar AS.  

Meskipun begitu, tambah Suharyanto, Indonesia tidak bisa memastikan nilai tersebut akan bertahan. Dinamika perkembangan kedepan akan sangat menentukan.

"Ekspor kita ke Amerika juga masih bagus, ekspor ke China juga kita masih bagus meskipun impor dari China tadi bulan ini agak naik tinggi ya, kita berharap akan ada segera kepastian supaya, jadi gak enak nih jalannya jadi serba gak pasti," ungkapnya.

"Kita gak pasti kalau kita mau mengekspor ke negara tujuan utama disana ada perlambatan, harga komoditasnya fluktuatif, harga minyak masih naik tipis belum tentu ada jaminan akan naik terus dan sebagainnya," sambung dia.

Dengan ini kata dia, fluktuasi harga komoditas masih perlu di waspadai, termasuk perlambatan ekonomi negara tujuan utama perlu diwaspadai, dan pembenahan persoalan internal.

"Jadi fluktuasi harga komoditas menurut saya masih perlu terus diwaspadai, perlambatan ekonomi di negara tujuan terutama perlu diwaspadai, satu sisi kita masih perlu membenahi persoalan internal hilirisasi," tandasnya.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news