Hari-hari terakhir menjelang berakhirnya masa
jabatannya sebagai Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga
Hartarto meluncurkan buku berjudul "Merajut Asa, Membangun Industri
Menuju Indonesia yang Sejahtera dan Berkelanjutan."
- Jaringan Nusantara Minta MA Tidak Takut Tolak Gugatan Moeldoko
- PWI Jatim: Pers Jangan Ikutan Heboh Pemilu 2024, Jalankan Tugas Jurnalistik Secara proporsional
- Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Puan: Momentum Mempererat Kerjasama Kedua Negara
Alih-alih berisikan kemajuan sektor industri semasa periode kepemimpinannya, buku Merajut Asa justru lebih banyak menyampaikan pemikiran dan catatan kritis Airlangga terhadap kondisi perindustrian nasional.
Maklum, buku tersebut disusun sebelum Airlangga menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian Perindustrian.
Buku ini merangkum pemikirannya sewaktu menjadi anggota DPR RI. Airlangga menjadi anggota DPR selama 2 periode 2004-2009 dan 2009-2014. Airlangga menggantikan Saleh Husin sebagai Menperin pada 26 Juli 2016.
"Buku ini saya tulis sebelum 2016. Jadi kalau bukunya agak galak-galak sedikit karena saya masih di luar," ujar Airlangga saat memberikan sambutan bedah buku tersebut.
Salah satu kritik yang disampaikan Airlangga terangkum dalam artikel dengan judul "Indonesia, Mengapa Begitu Lamban?"
Airlangga mengatakan, buku "Merajut Asa" tersebut ditulis dengan premis, "Kaya atau miskin sumber daya alam, yang paling penting adalah sumber daya manusia." Dan itu, tambah dia, yang jadi basis daripada kebijakan.
Airlangga menerangkan, bukunya juga membahas sejumlah hal dibalik pengesahan UU Minerba, UU Perdagangan dan UU Perindustrian yang dibuat sewaktu dirinya menjabat sebagai anggota DPR RI 2009-2014.
"UU Minerba menentukan hilirisasi dan kita tentukan tahunnya dan kemudian hilirasasi menjadi bagian yang tertunda baru dilaksanakan periode Pak Jokowi, hasilnya dapat kita lihat di Morowali."
Sedangkan UU Perdagangan dibuat untuk menggantikan UU zaman Hindia-Belanda. "Memang, UU perdagangan ini menjadi bagian yang menyangkut hajat hidup orang banyak," kata Airlangga.
Sedangkan terkait revisi ataupun UU Perindustrian yang baru, Airlangga menceritakan kiprasnya sebagai Ketua Pansus yang menggodok UUU tersebut. "UU Perindustrian yang baru itu menggantikan UU yang dibuat oleh ayah saya (sebelumnya)," tambahnya, seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Hadir
dalam bedah buku tersebut, pejabat eselon dan pegawai Kementerian
Perindustrian, akademisi, ekonom, kalangan pengusaha termasuk Ketua
Kadin Rosan Roeslani. [fak]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Gelar Pertemuan Dengan DPRD, KPU Jatim Melunak Soal Anggaran Pilkada Jatim 2024
- Antropolog UNAIR Analisis Kentungan Megawati: Makna dan Signifikansi Budaya
- Pesimis, Gerindra Ngawi Bisa Mempertahankan Kursi di Legislatif