Cawali Surabaya Jalur Independen Lebih Mudah Raih Simpati Pemilih- Ini Alasannya

Peluang munculnya calon independen di Pilwali Surabaya 2020 bakal terjadi. Seperti yang terjadi pada tahun 2010 lalu, di Surabaya juga sudah pernah diikuti calon independen yakni pasangan Fitra-Naen.


"Kultur masyarakat urban dengan tingkat paparan informasi yang sangat kuat dari berbagai medium, memungkinkan adanya calon dari tokoh alternatif di luar partai," kata Arief Rahman.

Alumnus ITS dan Unair ini menambahkan, dalam Pilkada, kekuatan figur memainkan peran penting. Partai seringkali hanya menjadi kendaraan untuk melaju menjadi calon saja.

"Pengalaman kami kemarin membuktikan, calon independen bisa meraih simpati di hati pemilih. Apalagi bila figur calon dilihat dan dipersepsikan oleh publik memiliki kredibilitas, sekaligus kapasitas yang mumpuni. Masyarakat kota bisa melihat itu," papar pria yang pernah berkiprah di Pilwali Kota Madiun 2018 dari jalur independen.

Terlebih, kata Arief, kehadiran pemilih milenial usia 18-40 tahun yang aktif memakai dan mengakses media siber dan media sosial sangat berpengaruh pada popularitas dan elektabilitas calon. Apalagi di Surabaya, dari data statistik BPS 2018, penduduk usia 17-45 tahun jumlahnya sekitar 69%.

"Calon yang memiliki modal jaringan di Ormas dan kekuatan di komunitas juga semakin memperbesar peluang itu. Akan lebih mudah dalam membentuk mesin politik sendiri di luar jaringan Parpol," kata aktivis 98 yang kemudian banyak berkiprah di media sejak 1999 ini.

Soal pengumpulan dukungan dengan basis KTP warga, menurut Arief bukan hal yang sulit dilakukan. Asalkan rajin turun, memanfaatkan jaringan ormas dan komunitas serta bantuan teknologi informasi, upaya tersebut menjadi lebih mudah.

"Dulu kami sangat terbantu dengan penggunaan aplikasi berbasis android," kata mantan Cawawali Kota Madiun itu.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news