Efek Perang Dagang- Ekonomi Indonesia Tak Akan Bertahan Di 5 Persen

Perang dagang Amerika Serikat dan China yang tak kunjung reda akan membuat laju ekonomi Indonesia akan terhambat di tahun 2020. Dampaknya, iklim investasi terhambat. Harga komoditas dalam negeri terganggu.


Didik memandang fenomena ini juga terjadi pada ekonomi seluruh dunia yang mengalami penurunan.  

Ada puluhan negara masuk resesi. China dari 10 persen menjadi 6 atau 5,5 persen," katanya dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (18/12).

Lebih lanjut, peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini merasa aneh dengan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus digembar-gemborkan pemerintah akan kuat di angka 5 persen.

Dia meragukan klaim tersebut dan setuju dengan sejumlah analis luar yang menyebut mulai akhir tahun ini laju ekonomi Indonesia nyungsep.

"Indonesia tetap 5 persen? Malaikat mana yang membantu Indonesia sampai enggak turun, kok bisa hebat itu?” heran Didik.

Namun demikian, sebagai seorang akademisi ekonomi, Didik turut memberi sumbangan saran. Apalagi dia sudah melakukan kajian terkait perkembangan ekonomi global.

Indonesia menurutnya tidak bisa hanya mengunggulkan strategi pertahanan ekonomi dalam negeri lewat menjaga daya tahan konsumsi masyarakat. Akan tetapi, Indonesia mesti mendorong ekspor dan hilirisasi industri agar ekonomi bisa ĺebih makmur.

"Strategi ini pernah kita lakukan tahun 80-an, pernah dilakukan Jepang tahun 60-an, sekarang dilakukan oleh China tahun 2000-an. dilakukan oleh Korea tahun 70-an, dilakukan oleh Taiwan tahun 70-an," ucap Didik.

"Di dalam ilmu ekonomi internasional, strategi-strategi ini sudah mudah dikenal. Nah sekarang kenapa enggak pakai strategi? Karena kabinetnya enggak mau ngomong strategi," sambungnya.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news