Keputusan Komisi XI DPR RI menggelar fit and proper test bagi calon anggota Badan Pengawas Keuangan (BPK) secara tertutup mencuri perhatian publik. Tidak sedikit yang khawatir jalannya ujian ini tidak transparan dan akuntabel.
- Insya Allah Dihadiri Presiden Prabowo, Kongres XVIII Muslimat NU Bakal Luncurkan Dua Program Nasional Inisiasi dari Nganjuk
- Berlaku Mulai Hari Ini, Pemerintah Larang TKA Masuk Selama PPKM Darurat
- Kendalikan Tren Kenaikan Covid-19, Menko Airlangga: Jangan Sampai Mengganggu Upaya Pemulihan Ekonomi
Bahkan, muncul juga desakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut mengawasi pemilihan anggota BPK. Setidaknya, untuk menghibdari saling prasangka adanya praktek transaksional untuk meloloskan calon tertentu.
Soal itu, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad mengajak masyarakat menjauhkan prasangka buruk. Baiknya, semua ikut mengawasi jalannya uji kepatutuan dan kelayakan calon anggota BPK.
"Saya pikir marilah nanti kita sama-sama memantau secara transparan, nanti kita pantau bagaimana hasilnya," kata Dasco di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/9).
Dasco mengatakan, memang sejak awal ada dinamika dalam pemilihan calon anggota BPK yang akan menjalani fit and proper test. Dinamika ini pun juga menjadi sorotan publik.
Hanya saja, lanjut Ketua Harian DPP Partai Gerindra ini, soal desakan agar KPK turut mengawasi kerja Komisi XI tak perlu dilakukan. Sebab tanpa didesak pun, KPK sudah memiliki kewajiban melakukan pengawasan.
"KPK tentu akan menjalankan tugasnya untuk melakukan pemantauan terhadap misalnya yang terjadi ada dinamika-dinamika yang mungkin dianggap akan terjadi hal-hal yang tidak sepatutnya," pungkasnya.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus menyampaikan bahwa praktik permainan uang dalam pemilihan calon anggota BPK sangat mungkin terjadi.
Menurut Lucius, praktik transaksional dalam perekrutan pejabat publik ini selalu muncul lantaran sudah adanya kejadian serupa, yakni pada pemilihan pejabat Bank Indonesia yang berujung pada penetapan Miranda Goeltom sebagai terpidana.
"Praktik membeli dukungan untuk mendapatkan jabatan seperti menjadi anggota BPK juga bisa saja terjadi karena toh suara anggota DPR akan menjadi penentu. Di sisi lain, nafsu para calon untuk bisa duduk di BPK sangat tinggi. Karena itu ya mungkin saja itu permainan uang itu," kata Lucius, Selasa (7/9).
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- NasDem Apresiasi Prestasi Jokowi, Dua Tahun Sukses Atasi Pandemi
- Rektor: Ijazah Jokowi Asli, Lulusan Fakultas Kehutanan UGM 1985
- Ide Cak Imin Menunda Pemilu 2024 Sangat Berbahaya, Bikin Indeks Demokrasi Makin Suram