DARI luar bangunan di Jalan Obispo, Havana Tua, itu tampak seperti bangunan-bangunan lain di sekitarnya; komplek pertokoan yang memanjang dan sambung menyambung dari ujung ke ujung.
Masjid Abdullah menggantikan masjid jami pertama di Havana, Casa de los Ãrabes atau Rumah Arab, yang dibangun seorang imigran Arab yang tinggal di Kuba di era 1940an. Lokasinya di salah satu persimpangan Calle A, juga di Havana Tua. Kini Rumah Arab itu dijadikan museum.
Adapun sebelum menjadi Masjid Abdullah, gedung yang sekarang menjadi masjid jami ini berfungsi sebagai gudang.
Hari Jumat kemarin, saya ikut rombongan staf KBRI Havana shalat Jumat di Masjid Abdullah. Dari KBRI Havana di Avenue 5 kami menyusuri Malecon, dan berhenti di sisi Teluk Havana di ujung Calle 1ra, di dekat pasar loak. Lalu menyusuri jalan di belakang Museum Nasional Sejarah Alam Kuba, melewati Markas Sektor Militer Habana Vieja, sebelum akhirnya bertemu Jalan Obispo.
Imam dan khatib dalam shalat Jumat hari itu adalah seorang pemuda Mesir. Khutbah pertama disampaikannya dalam bahasa Arab, dan khutbah kedua dalam bahasa Spanyol. Jamaat yang mengikuti shalat Jumat ini lumayan banyak juga. Ada delapan syaf penuh.
***
Agama kembali mendapat tempat di Kuba setelah kunjungan Paus Paulus II ke Kuba pada 25 Januari 1998.
Itu adalah kunjungan pertama pemimpin Katolik ke Kuba yang mayoritas penduduknya sebelum Revolusi 1959 beragama Katolik.
Ratusan ribu warga Kuba termasuk Fidel Castro dilaporkan mengikuti misa yang dipimpin Paus Paulus II hari itu.
Setelah kunjungan Paus Paulus II, gereja Katolik mulai dibuka walau animo untuk kembali ke gereja belum sebesar di era pra Revolusi 1959.
Kunjungan Paus Paulus II dilakukan 40 tahun setelah Paus Pius XII memberkati patung El Cristo de la Habana yang dipahat di Italia oleh pematung wanita Kuba, Lilian Jilma Madera, sebelum dikirim ke Kuba. Patung setinggi 20 meter itu didirikan di Morro Caban, di sisi lain Teluk Havana.
Setelah diberkati Kardinal Manuel Arteaga Belancourt, patung El Cristo de la Habana dibuka untuk umum pada 25 Desember 1958.
Hanya seminggu setelah peresmian patung El Cristo de la Habana, Fidel Castro dan kawan-kawannya berhasil menggulingkan pemerintahan Batista, dan melarang agama.
Kelak di bulan Mei 2015, Presiden Raul Castro yang menggantikan Fidel berkunjung ke Vatikan dan bertemu dengan Paus Fransiskus. Salah satu yang dibicarakan kedua tokoh adalah perbaikan hubungan Kuba dengan Amerika Serikat. Buahnya, pada Juli 2015 Amerika Serikat membuka Kedubes di Havana, di lokasi yang sama dengan Kedubes mereka yang ditutup setelah Revolusi 1959.
Lalu pada September 2015 Paus Fransiscus membalas kunjungan Raul Castro. Dalam kunjungan ke Kuba, Paus Fransiscus juga bertemu dengan Fidel Castro.
Kunjungan Paus Paulus II ke Kuba tahun 1998 adalah momentum yang sedikit banyak telah merevisi hubungan negara dan agama di Kuba pasca Revolusi 1959.
Bersamaan dengan dibukanya kembali "keran†agama di Kuba, Islam pun menemukan tempatnya di Kuba. Masyarakat Kuba mengenal Islam dari diplomat atau pelajar Muslim yang berkunjung ke negara itu.
Saat ini diperkirakan setidaknya ada 10 ribu pemeluk agama Islam di Kuba. Mereka tersebar di berbagai kota di Kuba.
Selain Masjid Abdullah di Havana Tua, masih ada beberapa masjid lain yang dibuka di rumah-rumah penduduk yang beragama Islam.
Beberapa media telah menurunkan laporan mengenai perkembangan Islam di Kuba. Seperti Newsweek dan Aljazeera.
Adapun bagi saya, untuk sementara mengenal Islam di Kuba cukup dengan menunaikan shalat Jumat di Masjid Abdullah di Havana Tua.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news