Amien Rais hengkang dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan hendak membentuk partai baru. Manuver Amien Rais ini bakal memberatkan elektoral PAN di pemilu selanjutnya.
- Muktamar ke 34 NU di Lampung Akan Dibuka Presiden Jokowi
- Gibran Kenakan Seragam Petugas Parkir, Saiful Anam: Sindiran untuk Ganjar dan Megawati
- Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia Deklarasi Dukung Prabowo-Gibran
Dikatakan Peneliti Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata, PAN merupakan partai politik (parpol) yang perolehan suara secara persentase cukup stabil selama proses elektoral.
Perolehan suara PAN yang ikut berlaga di pemilu sejak 1999 hingga 2019 selalu berada di kisaran 6 hingga 7,5 persen.
"Ini salah bukti bahwa ceruk pemilih mereka cukup terjaga dan konstan," ucap Dian Permata dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (10/5).
Selama lima kali pemilu. kata Dian, peran Amien Rais tidak dapat dikesampingkan. Sebab pendiri partai itu merupakan sosok tokoh reformasi, tokoh Muhammadiyah, dan pendiri partai yang sangat berpengaruh.
"PAN menikmati kapitalisasi sosok AR (Amien Rais). Jika publik ditanyakan secara terbuka tentang PAN, maka ada terselip jawaban soal sosok Amien Rais. Ini juga terjadi di PKB, Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Demokrat, dan Nasdem,” jelasnya.
Atas alasan itu, jika Amien Rais hengkang dan menarik pasukannya dari PAN, maka itu akan menjadi sejarah hitam bagi parpol tersebut.
“Seorang pendiri parpol cabutnya dari partai yang dia sendiri bagian di dalamnya," terang Dian.
Sejarah kelam akan berlanjut pada dampak elektoral partai. Terlebih, wacana menaikkan parliamentary threshold terus dibahas di DPR. Bahkan ada wacana bahwa revisi UU 7/2017 tentang Pemilu akan mengatur PT menjadi 7 persen.
Menjadi petaka bagi PAN lantaran Amien Rais akan turut merekrut para penggawa partai matahari. Belum lagi basis pemilih PAN di kalangan Muhammadiyah yang akan ikut bersama Amien Rais.
"Solusinya, untuk mengisi nilai AR, maka PAN harus akrobat politik. Seperti merekrut endorse dan vote getter baru. Bisa dari ceruk yang sama yakni basis tradisional Muhammadiyah atau membuka ceruk baru. Seperti Busro Muqoddas, Haedar Nashir, atau lainnya, atau merekrut kiai-kiai kampung basis Muhammadiyah,” tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Eri Cahyadi Masuk Bursa Pilgub Jatim, Ini Kata Ketua DPD Golkar Surabaya
- Demi Menjaga Marwah Penegakan Hukum, MA Harus Tolak Judicial Review Kubu Moeldoko
- HUT ke-77 RI, Megawati: Hanya Bangsa Berdikari yang Bisa Berdiri dengan Kuat