Lembaga iPOL Indonesia (IT-Research and Politic Consultan) menyebut Kota Surabaya tetap memiliki dinamika paling tinggi dibanding 18 kabupaten lainnya.
- Menparekraf Bakal Tegur dan Sanksi Pelaku Wisata Yang Naikkan Harga dan Parkir
- Dua Perusahaan Raksasa Membuat Izin Tambang Pasir Laut Sulit Dicabut?
- Sholat Ied, Bupati Tuban Sampaikan Permintaan Maaf Dan Serukan Perangi Covid-19
Eri Cahyadi masih menempati posisi kedua setelah Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana. Kini, Eri di posisi teratas dan mendominasi dengan sentimen pemberitaan yang positif.
"Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini dinilai memiliki rekam jejak karir yang tidak jauh berbeda dengan Walikota Risma. Sehingga, digadang sebagai salah satu kandidat terkuat. Bahkan, Armuji dan Whisnu cenderung ingin menggandeng Eri dalam Pilkada Surabaya agar bisa kembali menangi Pilwali Surabaya. Info dari survei internal partai, sosok Eri Cahyadi sebagai salah satu figur yang potensial," kata Petrus di Surabaya dikutip Kantor Berita , Jumat (6/12).
Ekspose Eri Cahyadi saat ini mencapai 2701 dan menyalip Whisnu Sakti Buana (2300). Disusul kemudian oleh Armuji (1002), KH Zahrul Azhar As'ad atau Gus Hans (544), Dyah Katarina (299), keponakan Gubernur Jatim, Lia Istifhama (146), pengacara M Sholeh (134), anggota DPD RI Ahmad Nawardi (123), Ketua DPC Peradi Surabaya Hariyanto (70).
Calon lain yang juga mulai terpantau bergerak adalah mantan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-KH Ma'ruf Amin Jatim, Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin (mantan Kapolda Jatim), keponakan Menkopolhukam Mahfud MD (Firman Syah Ali), Gus Ali Azahra dan Samuel Teguh Santoso.
"Fenomena banyaknya calon walikota yang juga struktur PDI Perjuangan, mengindikasikan bahwa siapapun calon dari PDIP yang bakal dapat rekomendasi akhir nanti, tetap akan menjadikan lawannya akan sulit menang, jika tidak ada strategi dan pola pemenangan yang rapi dan diimbangi dari sekarang," tegasnya.
Makin massifnya kemunculan cawali baru di bulan Desember ini, lanjut Petrus, menunjukkan analisis pemenangan berbasis Big Data dan Teknologi Politik (Teknopol) makin dibutuhkan. Ini karena adu strategi dari kandidat baru yang mulai bermunculan tidak bisa dianggap remeh.
"Karena kampanye politik di era digital atau 4.0, saat ini makin mudah dan cepat dalam membangun popularitas, kedisukaan, maupun ketidaksukaan terhadap kandidat. Adu strategi, narasi dan kekuatan manajemen pemenangan kandidat mulai diuji di masa pra rekomendasi partai saat ini. Dibutuhkan kerja terencana, terukur, akurat, terkendali dan terupdate," tuturnya.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- AHY dan Emil Dardak Kompak Sapa Kyai dan Santri di Peringatan Hari Santri Nasional Partai Demokrat
- Polemik Renovasi JIS, Jubir Anies: Tiba-tiba Ada Ahli Rumput
- Dari Gedung DPRD Jatim, KPK Amankan Uang Rp 1 Miliar Lebih