Jember Berada Di Jalur Lempeng Megathrus, Masyarakat Harus Perkuat Bangunan Tahan Gempa

Rakhmat Triyono, saat menyampaikan keterangan pers bersama gubernur Khofifah dan Bupati Hendy
Rakhmat Triyono, saat menyampaikan keterangan pers bersama gubernur Khofifah dan Bupati Hendy

Kepala Pusat Seismologi Teknik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Rakhmat Triyono, goncangan Gempa bumi magnitudo 5,1 semestinya hanya menimbulkan kerusakan ringan.


Sebab, dari segi goncangan hanya sekitar 4 MMI hingga 5 MMI, artinya goncangannya sangat kuat dan berpotensi terjadi kerusakan ringan.

"Seharusnya cuma retak-retak dinding,  namun faktanya di lapangan kemarin, ternyata ada beberapa rumah roboh," kata Rakhmat dikutip Kantor Berita RMOLJatim, dikutip Kantor Berita RMOLJatim ,saat mendampingi kunjungan  Gubernur Jawa Timur, di Desa Sumberejo kecamatan Ambulu, Rabu (18/12).  

Dia menjelaskan, temuan di lapangan terkait gempa bumi tektonik, yang berdampak kerusakan rumah tersebut, sudah dilaporkan ke Gubernur Jawa Timur dan Bupati Jember.

Sesuai temuannya di lapangan, kerusakan bangunan karena faktor bangunan, yang tidak standar. Menurutnya ada konstruksi, yang memang tidak layak.

"Tentu ini harus menjadi perhatian serius bagi  pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten Jember dan kabupaten lainnya," jelasnya kepada sejumlah wartawan, yang meliput kunjungan kerja Gubernur Khofifah ini.

  Dia menegaskan bahwa ancaman gempa pada megathrus di selatan Jawa Timur itu ada. Itu ancaman yang nyata, bahwa skenario terburuk bisa saja terjadi. Dengan guncangan 5,1 SR saja sudah banyak bangunan yang roboh, bagaimana jika terjadi guncangan gempa yang lebih besar?.

"Maka potensi kerusakannya akan semakin luas,"katanya.

Karena itu lanjut Rakhmat, yang  menjadi perhatian kita, bahwa kondisi bangunan menjadi suatu hal yang penting untuk kedepannya, karena gempa buminya sudah tidak bisa dihindari dalam  arti ancaman ada disana dan potensi ada disana, skenario terpusat dan sejarahnya juga ada. Jadi gempa bumi ini sifatnya perulangan gemba sebelumnya.

"Gempa yang pernah terjadi, akan berulang lagi, akan terjadi beberapa tahun lagi dan pasti akan terjadi, tapi kita tidak tahu kapan akan terjadi lagi,"jelasnya. 

 Karena itu dia mendorong pemerintah melakukan upaya mitigasi, dan konstruksi bangunan dan sosialisasi kepada masyarakat, karena hal ini menjadi hal  yang sangat penting bagi keselamatan masyarakat. 

"Ini tugas kita bersama. Pemerintah harus ketat dalam memberikan ijin untuk bangunan. Pengecekan konstruksi harus ketat pula. Jadi struktur bangunan harus dibuat siap untuk skenario terburuk," tegasnya. Masih menurut Rakhmat, bahwa masih akan ada potensi gempa berkekuatan besar yang timbul di selatan Jawa Timur. Untuk itu, sudah harus ada penanganan dan persiapan dari sekarang.

"Skenario terburuk  ada di Selatan Jawa dengan skala VI VII MMI. Potensi kerusakan luar biasa dan bisa menimbulkan tsunami sampai 29 meter. Kerusakan juga berdampak ke 200-250 kilometer dari bibir pantai. Sumber gempa sudah ada di sana dengan magnitudo 7.0, termasuk di daratan juga ada. Jadi kita sudah harus bersiap dari sekarang," tutupnya. 

 Sebelumnya, gempa berkekuatan 5,1 SR terjadi pada Kamis (16/12) pukul 06:01:33 WIB. Gempa berpusat pada lintang 8.55 LS, bujur 113.49 BT dengan kedalaman 10 Km. BMKG memastikan bahwa kekuatan 5,1 SR ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Selain itu, gempa tersebut, dirasakan Kabuoaten Banyuwangi dengan intensitas II-III MMI, Kabupaten Malang dengan intensitas II MMI, Kabupaten Lumajang dengan intensitas I-II MMI, Kab. Bondowoso dengan intensitas I-II MMI, serta Kabupaten Trenggalek yang berintensitas I-II MMI. 

ikuti terus update berita rmoljatim di google news