Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan ketegasannya soal impor sejumlah komoditas. Saat acara Kongres Nasdem, Presiden meminta kepada jajaran menterinya untuk tak lagi mengeluarkan kebijakan impor.Hal ini pun langsung direspons Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono yang menilai persoalan impor bukan perkara mudah.
- Bebas Pajak Kendaraan untuk Mikrolet dan Ojol Ditutup, Gubernur Khofifah: Total Insentif Pajak Rp224,21 M untuk Warga Jatim
- Bank BJB Lepas 130 Pemenang Program Perjalanan Religi Tahun 2024
- Terapkan Lima Pilar Transformasi, Bank Jatim Raih Penghargaan ICAII 2023
Selama ini, jelasnya, jajaran di bawah Jokowi hanya keluarkan izin, sedangkan praktik impor hanya dinikmati oleh para pengusaha importir.
Lantaran sudah berlangsung lama, ia pun tak yakin ketegasan Jokowi tersebut dapat menghentikan praktik para mafia tersebut.
"Dan apa iya Kang Mas bisa langsung mengontrol? Karena fee-fee impor komoditas itu banyak digunakan untuk biaya politik loh," paparnya.
Selain itu, praktik tersebut sulit dihilangkan lantaran sejumlah industri masih bergantung pada produk impor, seperti halnya bidang chemical, plastik, kulit, tekstil, pupuk, otomotif, bahkan hingga bahan tempe dan tahu serta terigu.
"Semua bahan bakunya masih impor mas, dan industri kita belum ada yang mampu memproduksi bahan bakunya. Nah kalau komoditas itu distop semua, bisa-bisa banyak buruh di-PHK," tegas Ketum Serikat Buruh BUMN Bersatu ini.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah defisit neraca perdagangan yang salah satunya disebabkan oleh penurunan harga dan permintaan komoditas ekspor Tanah Air dalam bentuk bahan baku.
Penurunan pertumbuhan ekonomi China menjadi 6 persen mau tak mau telah berdampak kepada turunnya permintaan komoditas ekspor Tanah Air. Diketahui, China merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar.
Indonesia juga harus mewaspadai pelemahan mata uang Yuan. Sebab, jelasnya, penurunan Yuan akan berdampak pada banjirnya produk-produk dari China ke Indonesia yang berpotensi menghancurkan industri dalam negeri.
"Misalnya besi. Nah karena itu, Kang Mas harus punya jalan keluar yang benar-benar mantap menaikkan neraca perdagangan kita. Pastilah tim ekonomi Kang Mas yang super akan bisa mengatasi ini," paparnya.
"Yang penting tolong diawasi NPL perbankan nasional kita Kang Mas. Jangan sampai akibat situasi ekonomi yang lesu, tahu-tahu banyak bank yang gagal bayar. Bahaya nanti mas," tandasnya.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Gerindra Minta Pemerintah Kaji Ulang Naikkan Harga BBM Subsidi
- IUAE-CEPA Pintu Masuk Tingkatkan Ekspor ke Kawasan Teluk dan Timur Tengah
- Inovasi Karyawan Petrokimia Gresik Mampu Hasilkan Nilai Tambah Rp 277 Miliar