Presiden Joko Widodo merasa dirugikan dan tidak nyaman atas isu penambahan masa jabatan Presiden menjadi tiga periode.
- Survei LSI: 36,4 Persen Masyarakat Menolak Divaksin
- Agar Ekonomi Pulih Maksimal, Kader Senior Demokrat Minta Pemerintah Moratorium Program Tak Prioritas
- Aksi Unair Memanggil, Tujuh Guru Besar: Presiden Jangan Nodai Prinsip-prinsip Demokrasi
Sebab, isu tersebut menjadi liar di publik dan menjadi preseden buruk bagi citra Presiden Jokowi.
Demikian disampaikan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ade Irfan Pulungan dalam diskusi daring Polemik bertajuk 'Misteri 2024', pada Sabtu (20/3).
"Pak Jokowi tidak nyaman dan merasa dirugikan. Pasti perspektif publik akan mengira, berimajinasi itu yang kita edukasi," kata Ade Irfan, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Ade Irfan menambahkan, Presiden Jokowi tidak mempunyai ambisi untuk melanggengkan kekuasaannya dengan cara mengupayakan penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
"Pak Jokowi sendiri tak punya niat untuk melanggar konstitusi. Karena udah jelas 2 periode," tegasnya.
Atas dasar itu, Ade Irfan menegaskan, bahwa kepala negara tidak pernah menginginkan adanya penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
"Jangan ada anggapan ini keinginan dari Istana," pungkasnya.
Narasumber lain dalam diskusi daring tersebut yakni Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia, Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan, Ketua Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono, dan pakar hukum tata negara Refly Harun.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- PKB Sodorkan Cak Imin ke Gerindra, Asal Capresnya Prabowo
- Ustaz Abu Bakar Baasyir Kirim Surat Tadzkirah untuk 3 Capres
- Pelapor Jenderal Dudung Diperiksa Puspomad 12 Jam dan Serahkan Bukti Pendukung