Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik] Jatim Wahid Wahyudi memastikan sebagaian besar lulusan SMK di Jatim sudah terserap di pasar kerja. Wahid mengatakan, tingginya angka pengangguran lulusan SMK yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) karena ada perbedaan dalam standart pencatatan waktu bekerja. Para lulusan SMK bekerja di sektor freelance, sehingga tidak tercatat dalam data BPS.
- Pemkot Siapkan Beasiswa Bagi 13 Ribu Pelajar SMA Sederajat dan 3 Ribu Mahasiswa Surabaya
- Peringati Hari Guru, Orang Tua Siswa di TK Al Azhar Sidoarjo Nyanyikan Lagu Terima Kasihku Dengan Angklung
- STAI Al Fithrah Surabaya Wisuda 106 Mahasiswa, Singgung Spirit Para Pahlawan
"Data BPS penangguran terbesar lulusan SMK karena standart BPS mereka yang bekerja biasanya minimal 36 jam dalam seminggu. Padahal kenyataannya mereka lulusan SMK banyak yang bekerja freelance," katanya pada Kamis (16/7).
Wahid mencontohkan, tenaga perias, salon dan pekerja bengkel yang kebanyakan tidak tercatat sebagai pekerja formal oleh BPS. Padahal, mereka mempunyai keahlian dan gaji yang cukup besar, berbeda dengan pekerja formal.
"Data BPSLulusan SMK banyak yang freelance dan lulusan SMK mereka rias dari rumah ke rumah, perawatan wajah freelance. Yang punya keahlian service AC, mobil kulkas dan freelance. Padahal jangan salah meski mereka pekerja freelance gajinya cukup tinggi dianggap BPS tidak bekerja," tambahnya.
Wahid berharap agar para pekerja freelance juga dimasukkan dalam angkatan kerja oleh BPS. Sehingga, nantinya bisa memacu semangat para siswa menempuh studi di SMK. Wahid juga memastikan lulusan SMK di Jatim juga sudah terserap di pasar kerja, meski sebagaian juga bekerja di sektor non formal.
Seperti diketahui, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia justru didominasi oleh lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, karena lulusan SMK dididik untuk menjadi tenaga siap kerja. Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Kabarenbang) Kemnaker Tri Retno Isnaningsih, dalam kesempatan tersebut, mengatakan bahwa porsi angka TPT Indonesia untuk lulusan SMK mencapai 8,49%.
"TPT tertinggi adalah pada level SMK karena besarnya ada 8,49%. Ini juga suatu permasalahan khusus di mana SMK ternyata malah menduduki peringkat yang paling tinggi untuk TPT-nya di Indonesia," kata Retno di Jakarta, Selasa (14/7/2020).
Porsi TPT terbesar selanjutnya berasal dari lulusan sekolah menengah atas (SMA) dengan angka 6,77%, Diploma I-III sebesar 6,76%, universitas 5,73%, sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 5,02%, dan sekolah dasar (SD) dengan angka 2,64%.
Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Provinsi Jawa Timur pada Februari 2020 tercatat sebesar 3,69 persen. Artinya, terjadi penurunan 0,14 persen poin dibanding TPT Februari 2019 yang sebesar 3,83 persen.
Kepala Badan Pusat Statistika (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengungkapkan, dilihat dari tingkat pendidikan, TPT di Jatim masih didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Harlah MAN 1 Magetan, Sekolah Tertua di Indonesia yang Berbasis Agama Islam
- Buruan Daftar! Pemkot Surabaya Buka Beasiswa Penghafal Kitab Suci 1.317 Kuota
- 3 Siswa SMA VITA Surabaya Harumkan Nama Indonesia di Kancah Internasional