Kebohongan Ratna Sarumpaet Lecehkan Akal Sehat

Tindakan kebohongan yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet dinilai telah mempermalukan gerakan perempuan Indonesia. Aksi bohong Ratna yang memang sebelumnya dikenal sebagai aktivis perempuan itu mencoreng gerakan pro demokrasi dan pengarusutamaan perempuan dalam politik.


Menurut Agatha, aksi hoaks Ratna Sarumpaet yang kemudian viral dan dimanfaatkan oleh kubu Capres Prabowo Subianto untuk mengambil keuntungan dengan menyerang pemerintah membuat kepercayaan publik terhadap sosok-sosok aktivis berkurang.

”Sebenarnya, aktivis perempuan berbeda pendapat itu tak masalah. Silakan saja Bu Ratna di kubu Pak Prabowo, atau seperti kami di kubu Pak Jokowi, semua bebas. Tapi ada fatsun atau etika yang harus dijaga, kalau kemudian menebar berita bohong, itu yang tidak boleh. Itu sama saja membunuh gerakan perempuan itu sendiri” ujarnya.

”Kebohongan yang dilakukan oleh Bu Ratna adalah defisit bagi gerakan perempuan karena kemudian orang menjadi tidak percaya bila ada aktivis perempuan melakukan advokasi atau menentang kekerasan. Setiap orang yang kritis terhadap permasalahan di masyarakat bisa dikira mirip drama khayalan Bu Ratna nantinya,” imbuh Agatha yang juga berlatar belakang aktivis perempuan.

Padahal, sambung Agatha, ada teramat banyak aktivis perempuan yang bergerak tulus dan jujur untuk mengadvokasi permasalahan-permasalahan rakyat, mulai dari masalah buruh, pendidikan, kesehatan, lingkungan, hingga hak asasi manusia (HAM).

”Negeri ini membutuhkan aktivis oposisi yang tak hanya asal mengkritik pemerintah, tapi juga dipenuhi basis argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan yang jauh lebih penting dari itu semua adalah integritas, kejujuran, komitmen untuk tidak menyebar informasi bohong. Apa yang dilakukan kubu Bu Ratna adalah menebar hoaks hanya demi keuntungan elektoral semata, dengan mengesampingkan tujuan demokrasi sebagai bagian dari pendidikan politik rakyat,” papar Agatha.

Agatha juga mengkritisi penyamaan sosok Ratna dengan Cut Nyak Dien dan RA Kartini yang dilakukan oleh kubu pendukung Prabowo-Sandiaga. ”Bahkan, jika tak melakukan kebohongan pun, menyamakan Bu Ratna dengan Cut Nyak Dien dan RA Kartini adalah sebuah ke-lebay-an yang hakiki,” kata Agatha yang dikenal rajin mengadvokasi kelompok buruh dan masyarakat marjinal dalam mengakses layanan kesehatan.[bdp]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news