Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengisyaratkan tidak mau dipaksa untuk mengkampanyekan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pemilihan Presiden 2019. Isyarat itu tergambar dari pernyataan SBY yang tidak pernah memaksa ketua umum partai politik koalisi saat dua kali mencalonkan diri sebagai presiden 2004 dan 2019.
Demikian dikatakan pemerhati politik sekaligus Direktur Mahara Leadership, Iwel Sastra seperti dikutip dari kantor berita politik RMOL, Selasa (20/11).Apalagi, Pemilu tahun depan akan digelar serentak. Artinya, parpol bertarung dua kali di medan perang yang sama. Yaitu, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presdien.
- Bukan Jurus Menang Pilpres, Ini yang Diajarkan Jokowi ke Prabowo
- Mendagri Teken Aturan Terbaru PPKM Level 3 untuk Wilayah Jawa-Bali
- Sekelas Ade Armando Tidak Elok Mainkan Politik Identitas
Gerindra semakin mendapatkan efek ekor jas (coattail effect) karena Sandiaga Uno adalah kader Gerindra meskipun di awal pencapresan sudah mengundurkan diri.
"Gerindra kan enak, belum lagi ketua tim koalisi dari Gerindra (Djoko Santoso)," ujar Iwel.
Lalu bagaimana dengan Partai Demokrat, PAN, PKS dan Partai Berkarya yang menjadi bagian kolisi Prabowo-Sandi. Menurut Iwel, karena Pemilu serentak lah yang membuat Demokrat Cs lebih memikirkan partainya ketimbang Pilpres.
"Dan ini menunjukkan bahwa komunikasi politik di koalisi ini masih belum lancar, masih asyik jalan-jalan sendiri aja. Ya itu karena kawin paksa tadi," tutupnya.[bdp].
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ribuan WNA Masuk Indonesia Karena Perusahaan Asing Masih Beroperasi Selama PPKM Darurat
- Langkah Politik Airlangga Lincah, Bisa Saja Sundul Capres Primadona
- Carbon Capture and Storage Ada Indikasi jadi Ladang Korupsi Baru dan Perburuan Rente