Lima Sikap BEM Unair Jelang Pelantikan Presiden

Menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden 20 Oktober 2019, Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair) menyampaikan sejumlah sikap.


BEM Unair, kata Agung, akan tetap ikut menjaga kondusivitas sosial politik. Dan, tetap memperjuangkan aspirasinya melalui berbagai saluran komunikasi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Berikut ini lima sikap BEM Unair:

Pertama, Agung menyampaikan bahwa BEM Universitas Airlangga secara mendalam ikut prihatin atas kondisi kebangsaan terkini dan mendesak kepada pemerintah untuk menuntaskan agenda reformasi.

Kedua, BEM Universitas Airlangga ikut mendukung suasana harmoni, damai, dan kondusif, serta menolak dan mengutuk segala bentuk tindak kekerasan, kriminaslisasi, dan antitoleransi. Demokrasi tidak dibangun atas dasar antitoleransi. Paham antitoleransi harus diusir jauh dari bumi Indonesia.

Ketiga, BEM Universitas Airlangga mengajak seluruh pihak potensial bangsa untuk bersama mencari solusi problematika kerakyatan, keamanan, pangan, krisis air, politik, sosial, terutama ekonomi, dalam prespektif di era revolusi industri 4.0 guna mempersempit kesenjangan sosial dan mengorbankan perang terhadap agenda kemiskinan.

Keempat
, BEM Universitas Airlangga mengajak kepada seluruh eksponen bangsa, terutama pada kaum politisi, untuk mengembangkan jiwa kenegarawanan yang semakin menjauh dengan mengutamakan kepentingan keselamatan bangsa dan negara daripada mengembangkan dan menumbuhkan politik golongan dan kelompok.

Kelima, BEM UNAIR mendesak kepada pemerintah untuk segera cepat dan simultan dan ekstra serius untuk menyiapkan regenerasi bangsa secara apik, konferhensif untuk menyiapkan generasi unggul untuk menuju Indonesia jaya.

Menurut Agung, pihaknya mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia atas segala hal.

"Bagaimana caranya kita bisa menyelesaikan masalah dengan hal-hal yang bisa mempersatukan,” ujarnya.

”Jadi, kita harus tanamkan adalah semangat berbangsa dan bernegara dan merawat kesatuan bangsa Indonesia. Jadi, semangatnya adalah memepersatukan Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Nasih mengimbau seluruh pihak tetap mengedepankan sikap saling menghormati dan sikap kedewasaan dalam menyikapi keberbedaan.

Di sisi lain, Nasih berharap event tanggal 20 Oktober 2019 adalah event kenegaraan. Tentu semua pihak, lanjut dia, juga berharap akan berjalan dengan sukses dan lancar, tanpa tercederai oleh peristiwa kurang dewasa yang justru merugikan bangsa Indonesia.

”Bagaimanapun, Kita sudah 74 tahun merdeka. Kita juga sudah berkali-kali melakukan hal yang sama (pelantikan). Dan, dunia pasti selalu melihat dan meneropong kita. Seberapa dewasa sebenarnya bangsa Indonesia,” ungkapnya.

”Mari kita tunjukkan kedewasaan kita dalam berpolitik, kedewasaan kita berdemokrasi, kedewasaan kita berakademisi, dan kedewasaan kita dalam berbangsa dan bernegara,” demikian Nasih.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news