APAKAH manusia bisa memilih ditakdirkan lahir dimana, dari keluaraga apa, suku apa, bentuk badan, warna kulit? Pertanyaan ini harus dijawab orang yang merasa dirinya "selalu lebih" dari orang lain. Merasa superior, lebih baik, lebih ideal bahkan terkadang sampai merasa berhak mengatur hidup orang lain yang berbeda penampilannya.
- Laksamana Enam Bulan
- Protokol Rakyat
- Renungan untuk Indonesia Merdeka: Etika, Pancasila dan Kewibawaan Negara
Membangun Papua
Apa yang diprotes dengan warga Papua tidak boleh terjadi lagi! Aksi protes ribuan warga Papua harus segera dicari akar dari permasalahannya. Akar dari seluruh protes itu menurut saya adalah kekecewaan masyarakat Papua atas ketidak merataan ekonomi dan pembangunan dari daerah lain.
Hingga saat ini Papua, masih menjadi daerah tertinggal sejak bergabung dengan Republik Indonesia. Selain itu, kekecewaan meraka dengan cara pemerintah menggunakan pendekatan keamanan di Papua. Sangat disayangkan juga penanganan konflik lalu oleh pemerintah masih menggunakan pendekatan kekerasan dan terakhir pemerintah membelokir internet di Papua selama dua minggu.
Oleh karena itu, ada beberapa pointer usulan saya bagaimana membangun Papua pasca aksi protes ini.
Pertama, pemerintah harus segera melakukan pendekatan dialogis untuk mendapatkan titik temu permasalahan yang dirasakan masyarakat Papua. Harus dilakukan sedini mungkin dan menyeluruh antara pemerintah pusat dan Papua.
Saya bersyukur Presiden Jokowi sudah bertemu dengan tokoh-tokoh Papua di Istana negara pada hari Selasa (10/09/2019). Sembilan pointer aspirasi tersebut harus dipertimbangkan oleh pemerintah agar insiden protes masyarakat Papua tidak terulang kembali.
1. Pemekaran provinsi 5 wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat
2. Pembentukan Badan Nasional Urusan Tanah Papua
3. Penempatan pejabat eselon 1 dan eselon 2 di Kementerian dan Lembaga
4. Pembanguan asrama nusantara untuk mahasiswa Papua di seluruh kota dan menjamin keamanan mahasiswa Papua
5. Usulan revisi UU Otonomo Khusus (Otsus) dalam Prolegnas 2020
6. Menerbitkan Inpres untuk pengangkatan ASN Honorer di tanah Papua
7. Percepatan palapa ring timur Papua.
8. Membentuk lembaga adat perempuan dan anak Papua
9. Membangun Istana Presiden RI di Ibukota Provinsi Papua, Jayapura.
kedua, pemerintah harus mengevaluasi pradigma pendekatan keamanan di Papua. Kedepan harus lebih menggunakan pendekanan sipil seperti daerah-daerah lain berdasarkan aturan perundang-undangan di Indonesia. Saya juga setuju UU Otsus perlu segera direvisi mendekati pendekatan kemanusiaan. Sudah saatnya memperlakukan Papua seperti daerah lainnya.
Ketiga, mempercepat pembangunan perekonomian dan kualitas pendidikan masyarakat Papua. Ketimpangan ekonomi merupakan akar dari kegagalan Pemerintah membangun manusia di Papua. Presiden selama ini hanya melakukan pembangunan fisik, tapi lupa membangun manusianya. Itulah mengapa orang miskin di Papua meningkat.
Salah satu strategi kunci memerangi kemiskinan melalui pemerataan pendidikan. Infrastruktur yang seharusnya dibangun terlebih dahulu di daerah Papua oleh Presiden Jokowi adalah infrastruktur pendidikan. Melalui pendidikan masyarakat Papua bisa bangkit, maju dan berkembang. Terutama pendidikan tingginya dan sekolah menengah kejuruan.
Saya menutup tulisan ini dengan mengajak kita bersama menolak rasisme. Pelaku rasialisme memang harus ditindak. Namun, pemerintah terlebih dahulu harus menjadi pengadil yang seadil-adilnya untuk seluruh bangsa Indonesia. Jangan lagi ada pelebelan kepada setiap warga negara Indonesia seperti binatang, pancasilais/anti-Pancasila, pribumi/non-pribumi dan lain sebaginya.
Mari kita belajar untuk lebih menghargai perbedaan. Karena perbedaan adalah fitrah negara bangsa Indonesia. Kita harus lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan sebagai watak asli ideologi Pancasila. Karena kita selain terikat sebagai warga negara bangsa Indonesia. Kita juga terikat sebagai citizen of the world atau warga planet bumi.
Selain itu. Saya juga mendorong pemerintah mengevaluasi penanganan konflik Papua dengan pendekatan cinta dan humanisme. Seperti kutipan dari ungkapan Martin Luther Jr. "Returning violence for violence multiplies violence, adding deeper darkness to a night already devoid of stars... Hate cannot drive out hate: only love can do that".
Munadhil Abdul Muqsith
Kandidat Ph.D International Journalism di RUDN University, Moskow, Rusia, dosen FISIP UPN Veteran Jakarta
ikuti terus update berita rmoljatim di google news