Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim harus mengambil pelajaran dari kasus Perancis dan Finlandia terkait dengan rencana memulai tahun ajaran baru di sekolah.
- Jika Pemilu Maju ke Februari, Apakah Kualitas Demokrasi Akan Lebih Baik?
- Kuatkan Dukungan Menangkan Ganjar-Mahfud, Forum Silaturrahim Gus dan Kyai Jatim Kunjungi Zona Tapal Kuda
- Menunggu Reshuffle Jilid II Jokowi, Balas Budi Atau Perbaikan Kinerja?
Kelompok Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan) yang aktif melakukan advokasi publik di bidang kesehatan menilai, kebijakan Kemdikbud untuk memulai tahun ajaran baru pada pertengahan tahun 2020 berpotensi membahayakan keselamatan anak.
Pembukaan sekolah, meskipun disertai protokol new normal, berpotensi membawa risiko penularan Covid-19 secara masif.
“Nadiem harus mengambil pelajaran dari Perancis atau Finlandia. Sehari setelah sekolah-sekolah di sana dibuka, anak-anak banyak yang terpapar Covid-19,” kata Ketua Umum Rekan, Agung Nugroho dalam keterangan tertulis dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (27/5).
Menurut Agung, kalangan pegiat advokasi kesehatan mencemaskan data korban Covid-19 di kalangan anak. Data itu dinilai kurang mendapatkan perhatian serius dari Kemdikbud. Padahal, data tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan, apakah otoritas pendidikan perlu membuka tahun ajaran baru dalam waktu dekat atau menundanya hingga beberapa bulan ke depan.
Data yang bersumber dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan, hingga 18 Mei lalu terdapat 14 orang anak Indonesia yang meninggal akibat terjangkit virus Covid-19.
Jumlah korban meninggal dengan status PDP bahkan jauh lebih tinggi: 129 anak. Di samping itu, 3.324 anak telah menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) dan 584 lainnya dalam berada status positif Covid-19.
Jumlah korban Covid-19 di kalangan anak masih bisa bertambah, mengingat dalam seminggu terakhir terjadi lonjakan kasus di beberapa wilayah di Indonesia.
“Data yang mengejutkan tersebut tak pernah dibicarakan oleh pemerintah. Kemudian, muncul rencana pembukaan tahun ajaran baru. Kemdikbud tidak sensitif. Seharusnya Nadiem tunda dulu (tahun ajaran baru) itu,” ujarnya.
Agung menganggap, penundaan tahun ajaran baru adalah langkah yang tepat untuk melindungi anak-anak Indonesia dari kemungkinan terjangkiti Covid-19.
Hal tersebut juga menghindarkan penyebaran virus corona lebih lanjut kepada keluarga siswa dan masyarakat sekitar sekolah.
“Dalam waktu dekat, kami akan menggalang demonstrasi menolak rencana pembukaan tahun ajaran baru di Kemdikbud,” tandasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Supaya Tidak Dibegal Lagi, Golkar Jangan Pilih Ketum Dari Pejabat Pemerintah
- Pengakuan Belanda adalah Capaian Politik Internasional Penting bagi Indonesia
- Aksi Unair Memanggil, Tujuh Guru Besar: Presiden Jangan Nodai Prinsip-prinsip Demokrasi