Ada potensi keadaan perekonomian Indonesia chaos di tengah pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Sudah saatnya pemerintah, pengusaha dan kaum buruh bergandengan tangan untuk menyelamatkan perekonomian nasional yang sudah makin di pinggir jurang resesi.
- HNW Sarankan BPIP Urusi Korupsi Ketimbang Banjir
- Sidak Di Pasar Besuk, Anwar Sadad Disambati Anjloknya Omset Pedagang Daging Karena Wabah PMK
- Menangkan Eri-Armuji di Pilkada 2024, DPD Golkar Surabaya Kumpulkan Semua Kader
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono menanggapi situasi terkini di tengah pandemik Covid-19, Sabtu (25/4).
Menurutnya, semua pihak harus satu visi dan misi untuk menyelamatkan ekonomi. Jangan ada yang merasa paling benar dan paling yang diutamakan.
"Ini kerusakan mesin perekonomian Indonesia baru sekitar 25%, dan mungkin bisa sampai taraf 100% akibat dampak Covid-19 ini. Belum ada yang bisa memastikan kapan akhir dari penyebaran pandemi ini," tutur Arief Poyuono.
Kaum buruh harus menelan pil pahit akan adanya PHK dan dirumahkan oleh perusahaan. Sementara perusahaan dan para pengusaha juga harus jungkir balik mempertahankan cash flow dan sebisa mungin tidak melakukan PHK atau merumahkan karyawan.
Saat pengusaha diberi dua pilihan apakah melakukan PHK atau hanya merumahkan karyawan karena terdesak pandemi corona, apa yang jadi pilihannya?
Menurut Arief Poyuono, pengusaha lebih memilih merumahkan karyawan dengan memangkas gaji mereka daripada melakukan PHK. Pasalnya, cash flow perusahaan tidak memungkinkan untuk membayar pesangon pekerja yang di-PHK.
Mengacu pada data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020, jumlah pekerja yang terdampak Covid-19 sebanyak 2.084.593 orang yang berasal dari sektor formal dan informal. Mereka berasal dari dari 116.370 perusahaan.
Rinciannya, pekerja formal yang dirumahkan adalah 1.304.777 orang berasal dari 43.690 perusahaan. Sedangkan pekerja formal yang di-PHK sebanyak 241.431 orang yang barasal dari 41.236 perusahaan.
Arief Poyuono mengungkapkan, pemerintah terus bekerja keras untuk bisa menghindarkan ambruknya perekonomian Indonesia, walau agak terlambat dalam mengantisipasi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
Begitu juga Presiden Joko Widodo sebagai penanggung jawab tertinggi atas negara, terus bekerja keras dan mungkin juga sampai kurang tidur, dalam upaya menormalkan dan membebaskan Indonesia dari pandemi.
Arief Poyuono berharap, pimpinan buruh dan para pengusaha bersama pemerintah bisa benar-benar bekerja sama untuk menyelamatkan Indonesia. Hentikan semua politisasi dan adu domba yang dilakukan elit-elit politik tertentu terhadap buruh, pengusaha dan pemerintah.
"Contoh saja program Kartu Prakerja yang berdampak sangat positif sebagai buffer ekonomi bagi buruh dan pengusaha serta perekonomian nasional, tapi isu itu selalu digoreng-goreng oleh elit-elit politik yang menginginkan situasi chaos akibat pandemi Covid-19," demikian Arief Poyuono.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Naiki Mobil Jeep Terbuka, Pasangan SanDi Daftar Ke KPU Malang
- Ada Sabotase Ekonomi, Negara Tak Boleh Kalah Lawan Mafia Migor
- Kemiskinan Masih Melilit Rakyat, Jokowi Bisa Bernasib seperti Presiden Sri Lanka