. Suara generasi milenial dinilai mampu menggoda para peserta pemilu, baik calon legislatif maupun calon presiden-wakil presiden.
- Ketemu Jokowi, Seharusnya Cipayung Plus Tanya Soal Minyak Goreng dan Big Data Pemilu
- Aliansi Kiai dan Santri NU Sidoarjo Deklarasi Dukung Erick Thohir Maju Capres 2024
- Fahira Idris Dukung Zulhas Bereskan Masalah Migor
Suko Widodo pun menyebut tidak ada yang salah dengan melibatkan generasi milenial dalam kegiatan politik untuk kepentingan pemilu.
"Tidak ada yang salah. Sebab, saya melihat partai politik memang belum maksimal menjalankan fungsi partai, yakni kaderisasi. Makanya, kalau melibatkan milenial, juga perlu pendidikan politik bagi meraka." kata Suko, saat dikonfirmasi Kantor Berita , Senin (4/3).
Suko Widodo juga mengingatkan, ciri penting generasi milenial adalah cenderung cepat bosan. Oleh sebab itu, membuat mereka agar tidak bosan terhadap politik adalah suatu hal yang penting.
"Dan ingat, PR yang lain, sebagian milenial menganggap bahwa politik itu sesuatu yang tidak menarik. Kenapa? Karena sering gaduh," tegas Suko.
Oleh sebab itu, elit parpol harus bisa memilih strategi yang tepat agar milenial bisa memahami jika politik juga untuk kepentingan mereka.
Dijelaskan Suko, generasi milenial juga generasi interaktif, berharap pada perubahan.
Ketika generasi milenial melihat elit parpol mengabdi pada kepamapanan dan pola pola lama, maka mereka akan segera meninggalkan politik.
"Kalau tidak salah istilahnya itu jauh di hati, dekat di baliho. Kalau generasi milenial hanya dimanfaatkan untuk pundi pundi suara, ya sama saja mengabaikan regenerasi," tutup Suko. [aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Menunggu Sikap Megawati Setelah Hasto jadi Tersangka
- Soal Gas Air Mata Kadaluarsa Tragedi Kanjuruhan, Mahfud MD: Sedang Diperiksa di Laboratorium
- Bacaleg Perempuan yang Didaftarkan ke KPU Melebihi Kuota, Golkar Jatim Optimis Raih 20 Kursi di Pileg 2024