Perseteruan antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) makin memanas.
- KIP Prabowo: Infrastruktur Dan Budaya Digital Harus Digenjot Untuk Masyarakat Pacitan.
- Komisi C Apresiasi Kinerja UPT PPD Madiun, Target PAD Tercapai 65%
- Minta Batalkan Semua Peraturan Turunan UU Ciptaker, ASPEK Indonesia: Pemerintah dan DPR Jangan Arogan!
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan menduga perseteruan keduanya terkait perebutan pengaruh basis massa.
Menurut Yusak, saat ini langkah PBNU membentuk panitia khusus (pansus) untuk mengambilalih kepemimpinan PKB dinilai karena manuver Ketua Umum Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
"Jadi sebagai kekuatan politik, PKB ingin powerfull dalam mengendalikan faksi besar NU-PKB di pemerintahan ke depan," ujar Yusak dimuat Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (30/7).
Menurutnya, konflik elite PBNU dengan PKB karena faktor historis. Dimana, PKB tidak bisa lepas dari NU. Begitu juga NU, tidak akan bisa dilepaskan dari PKB.
"Itu karena PKB dibentuk sebagai wadah perjuangan nahdliyin di jalur politik," kata Yusak.
Meskipun pilihan politik warga NU beragam alias tidak tunggal ke PKB, namun Yusak memandang PKB tetap merepresentasikan kekuatan politik yang kelahirannya tidak bisa dilepaskan dari NU.
"Jadi konflik yang mengental antar elite PKB-NU saat ini bukan semata-mata konflik pribadi Cak Imin-Gus Yaqut, tetapi juga akumulasi dari pertarungan faksi Cak Imin dan faksi Gus Yahya-Gus Yaqut di tubuh NU pasca Muktamar NU dan pasca pilpres," kata Yusak.
"Manuver PBNU membuat pansus atau tim 5 bisa dikatakan sebagai serangan balik terhadap PKB yang menginisiasi Pansus Haji," demikian Yusak.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Menko Pemberdayaan Masyarakat Dorong Program PMN Mampu Sejahterakan Masyarakat Pra Sejahtera
- Menag Yaqut Mangkir Panggilan Pansus Haji, Lebih Pentingkan Fashion Week di Italia
- Anggaran Kemenag Tahun 2025 Naik Rp3,9 Triliun