Polling Caketum PBNU Tanda NU Dikelola Seperti Parpol, PPKN:  Lama-lama Tergantung Yang Punya Duit

Polling Caketum PBNU Muktamar ke-34 Lampung yang dibuat PollingKita.com/Repro
Polling Caketum PBNU Muktamar ke-34 Lampung yang dibuat PollingKita.com/Repro

Tanda-tanda NU dikelola seperti partai politik semakin nyata. Salah satunya adalah viralnya polling Calon Ketua Umum PBNU menyambut Muktamar ke-34 NU di Lampung, mendatang. Polling ini dibuat oleh pollingkita.com yang kemudian diteruskan ke berbagai grup Medsos warga Nahdliyin.


Demikian disampaikan Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Tjetjep Muhammad Yasin, Rabu (10/3).

Menurut Gus Yasin, panggilan akrabnya, polling Caketum PBNU sudah tidak sesuai dengan tradisi NU yang menjunjung tinggi keilmuan maupun keulamaan. 

“Lama-lama pemilihan Ketua PBNU nanti ditentukan oleh mereka,  yang punya duit,” tutur Gus Yasin dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Yang membuat Gus Yasin prihatin, justru banyak para kiai yang ikut mengeshare polling tersebut. Padahal ini sangat berbahaya bagi masa depan NU.

“Banyak kiai ikutan ngeshare . Padahal seharusnya diingatkan bahwa polling semacam ini berbahaya bagi masa depan NU. Saya masih ingat ketika diajak bapak menghadiri muktamar NU. Tradisinya saling menolak menjadi ketua. Persis ketika mau solat, saling tidak mau menjadi imam. Budaya luhur itu sekarang sudah luntur,” jelas putra KH Moh Machfudin Aladip ini.

Dijelaskan Gus Yasin, kebijakan PBNU merebut kekuasaan dengan istilah ashabul qoror, menunjukkan NU sudah masuk gelanggang politik praktis. Ditambah banyaknya pengurus NU yang ikut modar-mandir Pilkada.

“Dengan kondisi NU seperti ini,  sekarang, kita baru merasakan betapa penting sosok almaghfurlah KH Sahal Mahfudh. Begitu NU ditinggal beliau, sekarang jadi ‘bancaan’ politik. Polling Caketum NU ini hanya meneruskan politisasi NU yang terjadi sejak muktamar (ke-32) Makassar. Klimaksnya muktamar ke-33 NU di Jombang. Ada baliho Caketum, persis Pilkada,” tambah Gus Yasin.

Karena itu menurut Gus Yasin, NU harus kembali ke khitthah-26. Jika tidak, NU akan selamanya menjadi alat bagi para politisi.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news