Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menurunkan angka prevalensi stunting berbuah manis.
- Kuota Beasiswa Penuh dan Pendidikan Terjangkau SMA/SMK Swasta di Jawa Timur Mencapai 72.841
- Resmikan Kampus King's College London di KEK Singhasari Malang, Gubernur Khofifah: Jatim Siap Cangkok SDM Berkualitas Dunia
- Hadiri Sertijab Bupati-Wabup Magetan, Gubernur Khofifah Pesankan Keselarasan RPJMN, RPJMD Provinsi dengan RPJMD Kabupaten
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemkes RI tanggal 26 Mei 2025, prevalensi stunting Jatim turun signifikan menjadi 14,7 persen, dan merupakan yang terbaik kedua nasional setelah Bali.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan, Pemprov Jatim memang konsen untuk terus menurunkan angka stunting sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
"Alhamdulillah, prevalensi stunting kita turun signifikan dari yang sebelumnya 17,7 persen di 2023. Dan bahkan kita ini jadi yang terbaik kedua nasional dan terbaik pertama se-Pulau Jawa. Tentu ini prestasi membanggakan semua elemen strategis Jawa Timur yang telah bekerja keras kolaboratif," katanya.
“Namun yang kami pastikan upaya kita tidak akan berhenti dan semakin semangat untuk mewujudkan tidak ada kasus stunting baru (zero stunting) di Jawa Timur,” imbuh Gubernur Khofifah.
Berdasarkan data SSGI, Jawa Timur menjadi terbaik kedua setelah Bali yang memperoleh angka 8,7 persen.
Berdasarkan data SSGI 2024 yang sudah dirilis, terdapat 22 kabupaten/kota atau sebanyak 70,96% yang mengalami penurunan dan 9 kabupaten/kota atau sebanyak 29,04% yang mengalami kenaikan dibanding tahun 2023
Hal ini, sebut Gubernur Khofifah, merupakan wujud nyata dari berbagai intervensi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan, Tim Penggerak PKK sebagai mitra pemerintah, serta berbagai organisasi masyarakat seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Aisyiyah, dan Unicef serta institusi pendidikan. Dengan begitu, capaian ini merupakan hasil dari sinergitas banyak pihak terkait.
"Kita berkolaborasi dengan banyak sekali lintas sektor, mitra pemerintah, dan mitra pembangunan. Semua yang terlibat harus diapresiasi karena pemerintah tidak bisa menjalankan ini sendiri, harus digerakkan di semua lapisan masyarakat," tuturnya.
Intervensi yang dilakukan Pemprov Jatim selama ini meliputi program perhatian pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau HPK, pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting atau TPPS, dan adanya Forum Peningkatan Konsumsi Ikan atau Forikan.
Meski begitu, mantan Menteri Sosial RI ini tidak menampik bahwa masih banyak ruang untuk perbaikan. Sehingga, penurunan angka stunting ini dapat memotivasi dan membuka jalan ke penurunan yang lebih signifikan di masa depan.
"Target kita tentu tidak akan lagi ada anak-anak stunting di Jawa Timur. Setiap keluarga, setiap anak, berhak mendapatkan hidup yang layak di mana mereka bisa bertumbuh kembang secar normal dan menjadi calon-calon pemimpin Indonesia. Inilah esensi dari visi Indonesia Emas 2045," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kuota Beasiswa Penuh dan Pendidikan Terjangkau SMA/SMK Swasta di Jawa Timur Mencapai 72.841
- Resmikan Kampus King's College London di KEK Singhasari Malang, Gubernur Khofifah: Jatim Siap Cangkok SDM Berkualitas Dunia
- Hadiri Sertijab Bupati-Wabup Magetan, Gubernur Khofifah Pesankan Keselarasan RPJMN, RPJMD Provinsi dengan RPJMD Kabupaten