Wukuf di Arofah Mekkah Arab Saudi merupakan puncak pelaksanaan ibadah haji. Secara historis wukuf menjadi babak baru kehidupan manusia pertama di bumi, Nabi Adam AS dan Siti Hawa, setelah taubatnya diterima oleh Allah SWT.
- Mertua Puan Maharani Meninggal Dunia, Ganjar: Beliau Kakak Kelas di UGM
- Kalau Serius Memikirkan Rakyat, Jokowi Harus Kembalikan HET Minyak Goreng
- 5 Anggota Fraksi PKS DPRD Jatim Dilantik, Ketua PKS Jatim Minta Konsisten Berjuang untuk Membela Rakyat
"Taubat menjadi pembuka babak baru dalam hidupnya. Mengajarkan pentingnya meninggalkan segala bentuk kemaksiatan," ucap Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Prof. Dr. Hefni Zein, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (29/6).
"Ini yang disebut dengan hijrah nafsiyah atau hijrah kepribadian," sambung dosen yang didapuk menjadi khotib jamaah haji asal Jember, saat Wukuf di Arafah, Makkah, Saudi Arabia, kloter 68, Selasa (27/6) kemarin.
Dijelaskan Prof. Hefni, bahwa taubat membawa transformasi spiritual yang kuat, sehingga mampu memutuskan untuk mengakhiri semua hubungan dengan segala bentuk kemaksiatan yang dulu pernah membelenggunya. Selain itu menghapus jejak-jejak dosa atau diampuni dosa masa lalunya. Selanjutnya beralih ke arah yang baru, mengikuti jalan kebenaran.
Salah satu nilai yang dipegang teguh dalam wukuf adalah persaudaraan kemanusiaan. Memahami bahwa sebagai umat manusia, semuanya memiliki kewajiban untuk saling menyayangi dan memahami satu sama lain.
"Wukuf arofah episentrum restorasi kemanusian menuju peradaban marhamah (saling menolong dan membantu)," jelasnya.
Hikmahnya, pada momentum wukuf di Arofah yang terjadi setiap tahunnya selama ibadah haji, telah menjadi sarana yang memungkinkan bagi umat Islam untuk mengasah performa spiritual secara universal (menyeluruh).
Momentum wukuf ini, bisa ditarik untuk performa umat islam secara universal, yakni integritas, humanitas, spiritualitas, adabtibilitas dan nilai-nilai Nahdlatul Ulama.
Performa Integritas, lanjut dia, akan menjadi landasan bagi jamaah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia berusaha hidup jujur, bertanggung jawab, dan konsisten dalam prinsip-prinsip agamanya.
Sedangkan humanitas adalah tentang memahami dan membantu sesama manusia yang membutuhkan, baik dalam hal material maupun emosional. Ia berupaya menjadi sumber kebaikan bagi orang lain.
Pada sisi spiritualitas, mereka akan selalu menjaga hubungannya dengan Allah SWT, berusaha memperdalam ibadah dan menguatkan ikatan dengan Sang Pencipta. Untuk adabtibilitas, menjadi kunci kesuksesan dalam menjalani hidupnya, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan yang ada.
Selain itu, di Indonesia ada nilai-nilai Nahdlatul Ulama, yang menjadi panduan utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari, menumbuhkan semangat kebersamaan, toleransi, dan persaudaraan yang kuat.
"Hampir seluruh Muslim percaya bahwa taubat yang mendalam akan membuka pintu kehidupan yang lebih baik, juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri," ucap Profesor, yang pernah nyantri di Ponpes An Nuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura ini.
Hefni menambahkan, jamaah haji haji kloter 68, sudah tiba di Mina sejak kemarin, Rabu (28/6), untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji, yakni melempar atau melontar jumroh.
"Nanti tengah malam waktu Arab Saudi, kami akan lempar jumrah yakni Ula, Wustha, dan Aqabah," katanya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Bukan di Jatim, Ini Alasan PKB Memilih Gelar Harlah di Solo
- Irwan Fecho: Pemerintah Jangan Peras Keringat Rakyat Dengan Alasan Vaksin Gotong Royong!
- Anies Baswedan Diyakini Mampu Wujudkan Keadilan di Luar Jawa