Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Fuad Benardi, mengajak generasi muda agar berperan aktif sebagai tonggak dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan untuk mencapai perdamaian.
- Palestina Kian Terhimpit, TemanBaik Salurkan Bantuan untuk 2.100 Warga
- Dispendukcapil Surabaya Catat Akta Perkawinan Beda Agama Setelah Putusan Pengadilan
- Wali Kota Mojokerto Canangkan Gerakan Pemasangan 7800 Bendera Merah Putih
Hal tersebut disampaikan dalam forum “Sarasehan Bareng Mas Fuad” yang berlangsung di EXCOTEL Design Hotel Surabaya, Selasa, 20 Mei 2025.
Fuad menekankan, jika generasi muda memiliki posisi strategis sebagai agen perubahan yang mampu membentuk opini publik dan mengarahkan narasi sosial yang lebih positif, terutama dalam konteks keberagaman.
“Kalau kita ingin hidup damai, kita harus mulai dari hal-hal sederhana: menghargai perbedaan, membuka ruang diskusi, dan menolak segala bentuk kekerasan atas nama identitas,” kata Fuad.
Ia juga menyampaikan keprihatinan terhadap maraknya sikap eksklusif dan intoleran yang masih ditemukan di tengah masyarakat. Fuad menyebut bahwa fenomena ini sering kali disebabkan oleh kurangnya ruang dialog serta rendahnya literasi sosial dan budaya di kalangan masyarakat.
Menurutnya, sekolah, perguruan tinggi, dan komunitas pemuda memiliki peran vital dalam membentuk karakter toleran dan inklusif. Ia mendorong agar institusi-institusi tersebut lebih aktif menginisiasi program yang mengangkat nilai-nilai kebhinekaan.
Fuad menambahkan bahwa toleransi tidak boleh bersifat elitis atau eksklusif hanya untuk kalangan tertentu. Nilai tersebut harus ditanamkan sejak usia dini dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Radikalisme dan eksklusivisme harus kita lawan bersama. Jangan sampai perbedaan yang semestinya menjadi kekuatan, justru dijadikan alasan untuk memecah belah,” ujarnya.
Sementara itu, Dewan Pimpinan Cabang Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (DPC LPKAN) Surabaya, Muhammad Sunar, yang turut hadir dalam forum tersebut, menyampaikan dukungan terhadap peran strategis pemuda dalam menjaga harmoni sosial. Ia menilai bahwa pembentukan karakter toleran harus menjadi bagian dari gerakan kolektif lintas sektor.
“Pemuda adalah kunci. Kalau mereka tumbuh dengan semangat inklusif dan berpikir terbuka, maka masa depan bangsa ini akan lebih damai,” ucap Sunar.
Ia juga menekankan bahwa membangun generasi toleran tidak cukup dengan pendekatan formal di sekolah saja. Perlu keterlibatan aktif keluarga, komunitas, dan tokoh masyarakat dalam mengawal proses ini.
“Kita tidak boleh menyerahkan semuanya pada kurikulum. Masyarakat harus menjadi ruang belajar toleransi yang hidup,” tambahnya.
Dengan dukungan semua pihak, termasuk pemuda, tokoh masyarakat, dan lembaga pengawasan, diharapkan gerakan membangun Indonesia yang rukun dan berkeadaban bisa terus berlanjut secara berkesinambungan.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Mbak Cicha Kenalkan Produk Kerajinan Unggulan Kabupaten Kediri di Inacraft 2023
- Diskusi Bareng Para Pengusaha Kawasan Kembang Jepun, Wali Kota Eri Ajak Kolaborasi Ramaikan Kampung Pecinan
- Selama Libur Panjang, Banyuwangi Lebih Banyak jadi Tempat Tujuan di Wilayah Jatim