Pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyoroti pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang menyinggung aktivitas buzzer atau pendengung pendukung Jokowi di Pilpres 2019 lalu.
- Partai Buruh Sudah Kantongi 10 Juta Konstituen
- Pemenang Pilpres 2024 Dikhawatirkan "Pemilik" KPU Akibat Maraknya Kecurangan Pemilu
- Hasto Sebut Banyak Kepala Daerah di Jatim Diintimidasi, PDIP Siapkan 1,6 Juta Saksi Kawal Pemilu 2024
"Karena kalau buzzer-buzzer ini selalu melemparkan kata-kata yang tidak enak didengar, tidak enak di hati. Nah itu lah destruktif dan itu sudah enggak perlu lah. Untuk apa itu?" tuturnya di Jakarta seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (4/9).
Hendri Satrio menangkap hal menggelitik dari pernyataan Moeldoko. Salah satunya tentang keberadaan buzzer yang ternyata pernah menguntungkan bagi Jokowi.
"Oh pernah menguntungkan berarti ya Pak?†sindirnya dalam akun Twitter pribadi.
Menurutnya, pernyataan Moeldoko yang bertujuan untuk mencari perhatian itu justru akan merugikan Jokowi. Hensat, sapaan akrabnya, menilai, Moeldoko akan semakin merugikan Jokowi jika terus-terusan berbicara.
Konsekuensinya, jika Jokowi rugi, maka Moeldoko tidak akan dipilih lagi untuk mendampingi di periode kedua.
Atas alasan itu, pendiri lembaga survei Kedaikopi tersebut mengajari Moeldoko rumus jitu agar tetap dipertahankan Jokowi di periode kedua.
"Kalau bapak keseringan ngomong, maka makin merugikan Jokowi, pak. Bener deh, ini masukan aja pak. Rumusnya gini pak, makin dikit bicara, makin deket ke kursi menteri, gitu pak,†tutur Hensat.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Wakil Ketua DPRD Surabaya Anggap Surat Sekkota Soal Pelarangan Kegiatan Peringatan HUT Ke 75 RI Ambigu
- Koalisi Jokowi Tidak Mungkin Pecah Selama Ada Kader di Kabinet
- Targetkan minimal 13 Kemenangan di Pilkada Serentak di Jatim, PDI Perjuangan Akan Meraihnya Dengan Cara Terhormat