Rupiah Anjlok- Pengusaha Tahu Jatim Terancam Gulung Tikar

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, membuat sejumlah produsen tahu di Jombang, Jawa Timur, terancam gulung tikar.


"Harga bahan baku naik terus dan kita hanya bisa bertahan, entah sampai kapan. Tapi kalau ini terus berlangsung, pastinya kita ndak bisa produksi," keluh Sugiat, pengusaha tahu asal Desa Sambirejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Rabu (12/9).

Diakui Sugiat, selama ini pihaknya memproduksi tahu dari kedelai impor. Untuk kedelai lokal, menurutnya, belum bisa diandalkan karena hanya bertahan sebentar saja setelah masa panen.

Setelah tiga bulan berjalan sudah habis bahan bakunya, jadi terpaksa harus menggunakan kedelai impor,” urainya.

Bahan baku kedelai impor saat ini mengalami kenaikan sebesar Rp 7.500 per kilogram dari harga sebelumnya berkisar Rp 6.700 per kilogram. Harga yang melambung tinggi dengan kenaikan di atas Rp 1.000 ini membuat pelaku industri tahu di Jombang harus mengurai jumlah produksinya.

Kalau sebelum terjadi lonjakan harga bisa mencapai 1 ton lebih, kini produksi dikurangi menjadi 700 kuintal,” terang dia.

Kenaikan harga bahan baku tersebut sangat memberatkan kalangan pengusaha tahu karena harga jual tahu di masyarakat tetap Rp 95 ribu per embernya.

"Satu ember ada tiga papan tahu yang isinya berkisar 30 potong tahu per papannya. Sehingga para pengusaha tahu masih tetap bertahan dengan harga jual seperti itu. Sebaliknya jika harga dinaikkan maka persaingan pasar bakal tidak sehat," tutup Sugiat. [jen/jto]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news