Satu Persatu Gaya Komunikasi Stafsus Kebanggan Jokowi Dikritik

Tingkah laku Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo menjadi jadi pergunjingan di kalangan aktivis dan politisi. Pasalnya, gaya komunikasi Stafsus yang dinilai tidak tepat.


Menurut Andi Arief yang pernah menjadi stafsus presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, ada aturan yang tidak dipenuhi dalam hal ini.

Stafsus Presiden berikutnya yang dikritik adalah Billy Mambrasar yang menyampaikan pernyataan yang provokatif dan bertolak belakang dalam twit pribadinya.

Melalui akun Twitter @kitongbisa, Billy menulis antara lain, "Setelah membahas tentang Pancasila (yang bikin kubu sebelah megap-megap), lalu kerja mendesign kartu Pra-Kerja di Jakarta, lalu saya ke Pulau Damai penuh keberagaman: Bali.”

Mengkritik Billy, politisi Partai Gerindra Iwan Sumule yang juga pernah bekerja di kantor stafsus presiden menilai, pernyataan milenial kebanggan Presiden Jokowi ini bernada membelah dan tidak menyatukan”.

"Berkata Pancasila dan keberagaman, tapi statement intoleran,” ujar Iwan Sumule.

Iwan Sumule juga menyoroti pernyataan Stafsus Presiden Dini Purwono yang meminta agar masyarakat menilai pemberian grasi terhadap terpidana korupsi Annas Maamun dari sudut yang lebih luas.

"Ironis pada saat kita berteriak penegakkan HAM namun di saat yang bersamaan kita mengharapkan terpidana tersiksa sampai mati di penjara," kata Dini kepada media.

Iwan Sumule membandingkan pernyataan ini dengan perlakuan yang diberikan negara kepada Ustad Abu Bakar Baasyir yang masih mendekam di dalam penjara walaupun dalam keadaan sakit dan payah.

"Soal grasi bicara HAM dan kemanusiaan, tapi tak tahu apa yang sudah dilakukan pemerintah, diskriminatif dalam penegakan HAM dan kemanusiaan. Tak berlaku untuk Abu Bakar Baasyir,” demikian Iwan Sumule.[aji]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news