Sawong Jabo Hibur Warga Surabaya, Komunitas Semanggi Suroboyo: Dia Legenda Hidup

Sawong Jabo dan Sirkus Barock tampil di Gedung Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali 85 Surabaya, Selasa (14/11) malam/RMOLJatim
Sawong Jabo dan Sirkus Barock tampil di Gedung Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali 85 Surabaya, Selasa (14/11) malam/RMOLJatim

Sawong Jabo sudah memasuki usia senja. 72 tahun. Tetapi dia masih mampu mengimbangi permainan anak-anak muda yang usianya jauh di atasnya. 


Dengan gayanya yang khas suroboyoan dan diselingi humor, Jabo bersama Sirkus Barock tampil memukau di Gedung Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Jawa Timur Jl. Genteng Kali 85 Surabaya, Selasa (14/11) malam.

Sawong Jabo dan Sirkus Barock membawakan lagu-lagu ciptaannya hingga lagu ciptaan WS Rendra.

Sebelum Jabo manggung ada penampilan yang tak kalah memukau dari Djatu Parmawati, Desy Agustina, Utiek, Bambang Jon, Ndindy & Helen (teatrikal puisi-musik), Prof. Rubi Castuby Band, Asri Nugroho (teatrikal seni rupa) dan penulis buku Amang Mawardi yang di sela-sela acara membagikan buku kepada penonton.

Pertunjukkan Sawong Jabo dan seniman-seniman lain, telah membangkitkan gairah kesenian di Surabaya yang sekian lama mati suri.  

Pertunjukan malam itu digelar oleh Komunitas Seduluran Semanggi Suroboyo (SSS) dengan bertajuk Kado Nggo Jabo (Kado untuk Jabo).

Sebagaimana disampaikan Founder SSS, Hengky Kurniadi, pihaknya menggelar konser kesenian untuk merangkul semua komunitas seni di Surabaya. 

"Konser ini tidak melibatkan sponsor atau campur tangan pemerintah. Ini murni dari teman-teman seniman sendiri yang menghabiskan waktu dan tenaganya untuk menghibur warga Surabaya," terangnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Ya, lebih dari seratusan warga Kota Surabaya dan sekitarnya nampak hadir menonton gratis secara langsung.

Dikatakan Hengky, konser bertajuk Kado Nggo Jabo, merupakan bentuk apresiasi atas kiprah Sawong Jabo dalam berkesenian khususnya seni musik.

"Sawong Jabo sahabat lama. Kami sama-sama murid WS Rendra. Pada tahun 2009, tiga bulan sebelum WS Rendra wafat, kami dan Jabo telah mengikrarkan menjadi seduluran sak lawase. Dan Jabo adalah legenda hidup dari Surabaya yang harus kita rawat," ujarnya.

Ditambahkan Hengky, bahwa yang namanya berkesenian tidak memiliki batas waktu. 

"Seniman memiliki kedaulatan tinggi. Seni melampuai batas suku, batas negara. Dengan seni kita berkumpul bersama. Kita silaturahmi, kita seduluran. Surabaya semakin hidup. Kami ingin bersama dengan komunitas seni lain," demikian Hengky.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news