Utang luar negeri Indonesia menjadi sorotan Partai Demokrat. Pasalnya, nilai utang naik secara fantastis di bulan Oktober tahun ini.
- Overcapacity Puskesmas di Jatim, Anggota DPRD Soroti Pentingnya Kolaborasi dengan Klinik Swasta dan Inovasi Layanan Kesehatan Online
- JK: Bagaimana Caranya Mengkritik Pemerintah Tanpa Dipanggil Polisi
- Kemenkomdigi di Forum Komdigi Munas APEKSI 2025 Ajak Perkuat Perlindungan Anak di Dunia Siber
Sementara di satu sisi, penerimaan negara tersendat. Tercatat per November 2019, penerimaan pajak baru mencapai 72 persen.
Rasio penerimaan pajak kita sudah jauh dari target,†tegasnya dalam akun Twitter pribadi seperti dikutip dari Kantor Berita RMOL, Selasa (17/12).
Atas alasan itu, anggota Komisi III DPR tersebut meminta Presiden Joko Widodo dan tim ekonomi pemerintah untuk mengontrol dan mengelola dengan baik utang yang sudah tumbuh besar.
Memang masih dalam kategori sehat†menurut BI, tapi berhati-hati lah mengelolanya,†demikian Hinca Pandjaitan.
Per Oktober 2019, utang luar negeri Indonesia tercatat mencapai 400,6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 5.614 triliun. Angka ini naik 11,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), total utang tersebut terdiri dari sektor publik atau pemerintah dan bank sentral sebesar 202 miliar dolar AS dan swasta, termasuk BUMN sebesar 198,6 miliar dolar AS.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Klaim Tak Ada Kerugian Negara, Sekjen Hasto Bakal Buktikan ke KPK
- Ganjar Pranowo Tidak Bisa Lepas dari PDIP
- Dituding Pakai Politik Sandera Hukum, PDIP: Pak Jokowi Tidak Meng-Anas-kan Anies