Serapan Tenaga Kerja Rendah Karena Pertumbuhan Ekonomi Salah Sandaran

RMOLBanten. Salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah ekonomi nasional belum bersandar pada industri manufaktur yang daya serap tenaga kerjanya tinggi. Demikiann Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menjelaskan, kepada wartawan, Senin (25/6). "Kontribusi industri pada perekonomian justru sedang turun." kata Bhima.


Alumni Universitas Gadjah Mada ini mengungkapkan bahwa Indonesia selama bertahun-tahun mengandalkan pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor serapan tenaga kerja rendah, seperti sektor jasa. Selain rendah serapan tenaga kerja, sebaran usaha sektor jasa juga hanya terkonsentrasi di perkotaan. Padahal, lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal di perdesaan.

Penyerapan tenaga kerja tinggi, lanjut Bhima, dapat dibangun di mana saja sesuai potensi daerah. Idealnya, industri manufaktur menjadi sektor andalan dengan ditunjang sektor jasa, pertanian, dan investasi.  

"Pemangku kepentingan perlu menyatukan pandangan dan upaya untuk mengembalikan sektor industri sebagai motor pembangunan," tutupnya

Dalam data yang disertakan Bhima, contoh kemerosotan industri bisa dilihat di Batam, daerah yang dirancang menjadi salah satu pusat industri. Setiap tahun, paling sedikit satu pabrik berhenti beroperasi di berbagai kawasan industri. Di luar kawasan industri, kemerosotan terlihat pada sektor galangan kapal. Dari 110 galangan dengan 250.000 tenaga kerja pada 2014, kini hanya lima galangan aktif dengan total pekerja tidak sampai 22.000 orang.

Kemerosotan juga terlihat nyata pada industri rokok. Dalam periode 2006-2016, 3195 pabrik rokok tutup dan sedikitnya 32.729 pekerja pabrik rokok dipecat. Hampir seluruh pekerja yang dipecat merupakan pelinting atau pekerja sigaret kretek tangan (SKT). Buruh pelinting adalah orang-orang berketerampilan rendah yang tidak bisa mudah mengganti pekerjaan. [dzk]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news