Percakapan mantan Bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri di aplikasi perpesanan WhatsApp yang polemik, dikritik sebagai isu kuno. Bahkan antara dua kubu juga sama sama kuno.
- Gubernur Khofifah Launching Stasiun Pengisian Oksigen Gratis Bagi Pasien Isoman Covid-19
- Sandiaga Uno Minta Distribusi Vaksin Pelaku Parekraf Digiatkan, Ini Alasannya
- Prabowo Gunakan Hak Pilih saat Kondisi Hujan Rintik-rintik
"Dalam hal ini sebenarnya saya netral. Tapi wacana yang dipakai untuk menyerang itu sudah melanggar prinsip kesopanan. Ini isu kuno," kata Dede saat dihubungi Kantor Berita , Rabu (12/12).
Dede menyebut ada dua poin yang diutarakan. Pertama, isu keluarga di WhatsApp tersebut. Ia mencontohkan photo Presiden Jokowi bersama keluarga di istana negara.
"Ini menunjukkan bahwa seolah olah hanya yang berkeluarga lengkap yang bisa jadi presiden. Saya keberatan. Keluarga saya juga kayak gitu, dua laki laki nggak punya anak. Contoh lain, ada orang cerai, masak nggak bisa jadi presiden," lanjutnya.
Kedua, adalah soal kalimat LGBT yang akhirnya diakhiri kata seperti ejekan (ckckckc). "Kalau ditanya apakah tersinggung, ya pasti tersinggung," lanjut Dede.
Diakuinya, di Indonesia LGBT adalah kelompok yang minoritas. Tetapi, bukan berarti harus diinjak injak.
Menurut Dede, LGBT sebenarnya pernah berharap akan mudah untuk menunjukkan diri dalam berbagai kegiatan positif, setelah sekian lama berjuang.
"Tahun 2016 kita seolah olah akan mudah, karena bisa sampai ke DPR. Tapi kondisinya berubah. Akan butuh waktu lama. Jadi, harus bergerak di bawah tanah. Sudah saya katakan, ini seperti kembali ke jaman orde baru," timpalnya.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Istana : Hal Baru, Wajar Masyarakat Ingin Tahu Omnibus Law UU Cipta Kerja
- Rakercabsus DPC PDIP Tekankan Suara Risma-Gus Hans Harus Diatas Eri-Armuji Pilkada Surabaya 2024
- Tingkatkan Kualitas Demokrasi, AHY Ajak Masyarakat Perkuat Literasi Politik