RMOLBanten. Pilkada serentak 2018 memperlihatkan watak asli kompetisi politik yang pragmatis. Apa yang sebelumnya diyakini sebagai nilai dan kepentingan absolut ternyata bisa dinegosiasikan.
- Demokrat Besar Karena SBY dan Kerja Keras Kader, Bukan Pelaku Kudeta
- Bansos Rp 115 Miliar Bakal Digelontorkan Jelang Pilkada Banyuwangi 2024
- KSAL Jelaskan Kronologis Insiden Tenggelamnya Nanggala-402
Pilkada kali ini, kata Teguh, sedikit mampu meredakan ketegangan di tengah masyarakat. Suasana yang sama atau lebih baik diharapkan terjadi pada Pemilu 2019 mendatang
"Terlepas dari berbagai analisa yang berkembang mengiringi hasil sementara pilkada serentak yang baru lalu, saya rasa ada peredaan ketegangan politik identitas berbau SARA sisa pemilihan gubernur DKI Jakarta," ujar pendiri Indonesian Online Media Syndicate (IOMS) itu.
Menurut Teguh, apapun konstelasi yang mungkin terjadi dalam pemilihan presiden tahun depan, dia berharap setelah ini berbagai lembaga survei politik dan juga media tidak memperlakukan pemilihan presiden seperti layaknya arena adu jangkrik.
"Jangan hanya menyoroti aspek kalah dan menang tokoh atau kandidat, seperti mengadu jangkrik. Beri porsi yang cukup untuk membicarakan track record kandidat juga kebijakan dan program yang diusungnya. Sehingga masyarakat punya gambaran mengenai konsekuensi dari pilihan mereka," sambung Teguh.
Di sisi lain, dia juga mengingatkan anggota masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyimak informasi.
"Jangan mudah termakan informasi provokatif dan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan," demikian Teguh. [dzk]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Novel Baswedan Sebaiknya Tonjolkan Hasil Kerja ASN Polri Ketimbang Sibuk Lemahkan KPK
- Laporkan Din Syamsuddin Radikal, GAR ITB Ujug-ujug Jadi Kaki Tangan Rezim Penguasa
- Mendag Zulhas Musnahkan Barang Impor Ilegal Senilai Rp 12 Miliar