TEORI konspirasi bukan teori. Hanya cibiran atau tuduhan balik.
- Heran Kok Dianggap Wacana Demokrasi, Padahal Kudeta Konstitusi, Presiden Seharusnya Ditegur MK dan DPR
- Bagaimana Rizal Ramli Menangani Minyak Goreng
- Kuatkan KPK yang Independen dan Imparsial, Sekjen PDIP Gugat Lagi Praperadilan
Bagi yang menyampaikan, itu hanya informasi. Bisa dari sumber langsung, bisa berantai.
Dalam kaidah keilmuan, informasinya dianggap tidak sah. Validitasnya tidak terbuka. Validitas yang tidak terbuka dianggap tidak valid. Karena itu, dianggap tidak sah.
Jelas, bagaimana mungkin memvalidasi informasinya, karena toh, ini sebuah konspirasi. Persekongkolan.
Menjadi sebuah persekongkolan, karena tindakannya tidak sah. Akan jadi persoalan kalau terbuka. Dan, bukan terbuka lagi namanya. Tapi: terbongkar!
Persekongkolan yang terbongkar akan menimbulkan konsekuensi hukum maupun politik atau nama baik. Pelakunya menghindari itu.
Terbongkarnya sebuah konspirasi karena ada informasi valid dan terbukti secara sah. Tak cukup hanya dengan konfirmasi.
Konfirmasi hanya segi kepercayaan. Meski, secara hukum konfirmasi bisa bernilai sebagai bukti, tapi secara politik masih berjenjang-jenjang lagi. Masih ada tahapan untuk sampai pada tahap pengadilan. Di pengadilan itu konfirmasi baru bisa bernilai sebagai bukti.
Terdapatnya bukti-bukti persekongkolan tak serta merta dianggap bukti, bila tak disidangkan di pengadilan. Membawanya ke pengadilan tak seperti membawa kasus umum. Pengadilan sendiri berada pada tingkat kekuasaan, yang bagi kebanyakan orang tak terjangkau.
Berapa banyak peristiwa yang sudah diungkap oleh pribadi-pribadi terpercaya, di forum-forum terpercaya; seperti di senat dan kongres Amerika, misalnya. Tapi, tetap saja tak dianggap putus. Karena, bukan putusan pengadilan.
Ini politik. Konspirasi yang dimaksud ada di level kekuasaan. Bukan ecek-ecek. Bukan oleh kebanyakan orang. Tapi, oleh pelaku kehidupan yang segelintir orang saja jumlahnya.
Bagi pelaku, ini bukan sebuah teori. Ini informasi saja. Baik dari sumber langsung atau berantai. Menelisik sumber informasinya, itu yang penting. Seberapa tingkat kepercayaan akan digunakan, itu bobotnya.
Pelaku pasti bisa melihat dari strata piramida yang ditempatinya. Makin tinggi, makin banyak yang bisa dilihat. Makin tahu apa yang dilakukan pelaku lainnya. Makin bisa cerita apa yang sesungguhnya terjadi pada sebuah peristiwa.
Cerita itu, oleh orang yang tak tahu atau oleh pelaku yang sedang mengamankan diri; atau oleh pelaku yang sedang mengamankan diri dengan menggunakan orang yang tak tahu, baik langsung atau mengelola opini disebut teori belaka. Teori konspirasi.
Fitradjaja Purnama
Penulis adalah Aktivis Pro Demokrasi
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Dua Tahun Jokowi-Maruf Ciptakan Transformasi Pendidikan
- Tangis Mama
- Skandal GoTo, Cara Mudah Menggansir Duit Negara