Doa munajat yang dilontarkan pendukung Prabowo-Sandiaga, Neno Warisman membuat kalangan umat musim di Indonesia terpecah. Satu sisi menolak dan sebagian lagi tidak ingin terpancing.
- Bukan Aktor Intelektual, Nasir Jamil: Demo Tolak UU Cipta Kerja Ditunggangi Hati Nurani
- Pemerintah Diminta Tidak Bersikap Abu-abu Soal Parasetamol
- Impor Kopi dari Indonesia ke Mesir, Dubes Lutfi Serahkan Penghargaan Primaduta Award 2021 ke Perusahaan Haggag
Kalau Saya melihat, ndak usah dipermasalahkan doanya Neno warisman,†ucapnya, saat dihubungi Kantor Berita com , Minggu (24/2/2019).
Menurutnya, ini adalah cara Allah menunjukkan kelas seorang Neno Warisman itu dia bagaimana dan seperti apa tujuannya. Dengan adanya ini, saya semakin yakin kepada Allah SWT bahwa kita bukan menjadi golongan mereka,†sindirnya.
Ini sama dengan Sandiaga kemarin, bagaimana cara dia berwudlu, itu kan caranya yang dia pake adalah cara wahabi. Ya kita sebagai golongan yang bukan wahabi tidak perlu ikut-ikut,†sahut pemuda yang akrab disapa Gus Hans ini.
Jadi sudah jelas, kata Gus Hans, dengan munajat yang lebih tepat disebut puisi Neno Warisman itu adalah kelas keagamaannya memang seperti itu.
Ini justru mendowgrade prabowo-sandi, capres yang dia dukung. Kalau kita bahas, sama halnya keilmuaan dengan dia,†terangnya.
Jika munajat itu ditanggapi, maka bisa menafikkan ulama-ulama dan tokoh-tokoh agama yang tidak satu barisan dengan mereka. Apalagi mereka lebih sering menjadi takfirin, atau orang yang yang mudah mengkafirkan orang lain yang tidak sependapat.
Masak ulama seperti Mbah Maimoen (Maimoen Zubair) itu tidak nyembah Gusti Allah, kan jadi aneh. Makanya kita tidak perlu terpancing dan ikut-ikut aliran mereka,†jelas Gus Hans yang juga Wakil Ketua Ikatan sarjana Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.
Kata Gus Hans, Dia (Neno Warisman, red) tidak paham, bahwa setiap doa dan setiap ayat ada teks dan konteksnya atau Asbabul Nuzulnya. Tidak bisa ayat Al Quran itu digebyah uyah atau dianggap sama konteksnya. Maka dari itu, belajar agama itu tidak bisa sekilas dan singkat. Karena selama ini, kyai-kyai dan santri itu mondok di Pesantren cukup lama ketika belajar agama. Sebab Agama butuh penjiwaan dan agama itu tertata mulai dari nol dan bertingkat.
Kalau agama tidak tertata, tidak bisa tiba-tiba. Karena belajar agama itu ada proses lama, ada uswah penjiwaan,†tegasnya.
Gus Hans menyarankan, agar semua umat muslim di Jawa Timur tidak terpancing dengan cara-cara seperti itu.
Jika kita tidak bisa memberikan warisan kebaikan untuk bangsa ini, maka jangan meninggalkan ‘Warisman’ di negeri ini. Kita tidak akan terpancing dan akan terus menanamkan kebaikan,†pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama JAwa Timur, KH Prof Muzakki mengatakan, bahwa Munajat yang disebut oleh Neno Warisman kurang tepat dilontarkan saat ini. Apalagi dalam masa yang tahun politik. Jangan sampai akhlak keagamaan mengalahkan kepentingan politik tertentu.
Doa itu (Munajat Neno Warisman) adalah Doa yang kehilangan Akhlak pada yang Maha Kuasa,†singkat KH Muzakki.[bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- SSC: Duet Khofifah-Emil Tak Tertandingi Di Pilgub Jatim 2024
- Garuda Dikabarkan Bayar Denda Rp 21 M Ke Australia, Komisi VI: Kami Belum Dengar
- Miris, Kasus Eksploitasi Anak Meningkat 2,5 Kali Lipat Di Masa Pandemi