Pendakwah asal Riau, Ustaz Abdul Somad memberikan tausyiahnya dalam acara peresmian hasil renovasi Masjid Cut Nyak Dien di Jalan Johar, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/3).
- Ray Rangkuti Beber Tiga Kelemahan Plat Nomor Khusus Anggota DPR
- Ketum JMSI Ajak Masyarakat Pers Nasional Kawal Dua Kebijakan Prabowo
- Musim Penghujan Tiba, Dokter Agung Imbau Waspada Banjir dan Tanah Longsor di Wilayah Selatan Jatim
Dalam forum itu, pria yang akrab disapa UAS ini melontarkan candaannya saat berceramah di hadapan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen (Purn) Syafruddin; dan ratusan jamaah Masjid Cut Nyak Dien. Candaan yang disampaikan lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir ini tertuju kepada buzzer-buzzer media sosial yang sering membully Anies Baswedan.
Ia kemudian mencontohkan ceramahnya tersebut yang mungkin bisa dijadikan bahan bully pihak-pihak yang tak suka.
"Saya akan menyampaikan ini sampai tepat pukul 7.20 (19.20 WIB). Loh, kok enggak sampai sholat berjamaah, apa enggak Sholat Isa? Saya sudah Jamak Takdim (menggabung dua waktu sholat). Saya perlu jelaskan nanti jadi fitnah," kata Abdul Somad.
"Ustad Somad diajak gubernur enggak Sholat Isa berjamaah, entar gubernur lagi yang kena. Saya mohon maaf Pak Gubernur, saya enggak bisa bela di sosmed karena saya pun babak belur juga," sambungnya.
Mendengar candaan itu, Anies hanya terlihat mesem-mesem saja sembari melihat ke arah UAS. Lantas, UAS pun kembali kepada materi ceramahnya, yang juga masih terkait dengan candaannya.
Di mana, UAS mengungkap bahwa orang-orang terdzolimi karena dibully, seperti dibully buzzer medsos dan tidak menanggapi ataupun membalas, maka orang itu adalah sosok terbaik di mata Tuhan.
"Tapi Insya Allah kalau kita tidak ada dendam, tidak ada marah, enjoy atas semua kritikan itu, kita anggap sebagai cara orang untuk menunjukkan bahwa kita rendah di hadapan Allah SWT," tambah UAS.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Walhi Soroti Bencana NTT Bukan Murni Sebagai Bencana Alam
- Giliran LaNyalla Merobek Oligarki Seperti Kakeknya Haji Mattalitti Saat Melawan Penjajah
- Demokrat di Tangan Moeldoko Mirip Sutiyoso dan Hedropriyono yang Gagal Besarkan Partai