Ukraina semakin serius untuk merealisasikan proyek "Army of Drones" atau pasukan drone yang akan memperkuat garis depan mereka melawan Rusia.
- Jokowi dan Macron Bahas Kerja Sama Pertahanan hingga Isu Perang Ukraina
- Rusia Mundur dari Kharkiv, Ukraina Ambil Alih Kota Terbesar Keduanya
- Di KTT Khusus ASEAN-AS, Jokowi: Perang Ukraina Perburuk Perekonomian Dunia
Proyek tersebut sudah diumumkan oleh Presiden Volodymyr Zelensky pada awal bulan ini, bersama dengan Staf Umum Angkatan Bersenjata dan Kementerian Transformasi Digital.
Zelensky meminta donor internasional untuk membeli drone, atau pun bantuan "dronasi" langsung.
Hingga 5 Juli lalu, Menteri Transformasi Digital sekaligus Wakil Perdana Menteri Mykhailo Fedorov mengatakan pihaknya sudah mengumpulkan lebih dari 6,7 juta dolar AS dan puluhan drone dari sumbangan tersebut.
Selain itu, militer Ukraina juga telah membeli setidaknya dua sistem "Warmate" tak berawak. Itu adalah drone yang dapat dilengkapi dengan bahan peledak tinggi untuk serangan gaya kamikaze.
"Batch pertama drone Anda telah tiba di garis depan," kata Fedorov di Twitter pada Kamis (7/7).
"Sekarang mereka akan berperan sebagai tentara nyata dalam Tentara Drone pertama di dunia. Setiap 'dronasi' seperti itu menyelamatkan nyawa dan mendekatkan kemenangan Ukraina," tambahnya.
Justin Bronk dari Royal United Services Institute Inggris mengatakan Rusia dan Ukraina menggunakan drone untuk mengeksploitasi dengan sangat cepat gambar real-time selama perang. Meskipun tindakan pencegahan yang membatasi kegunaan kendaraan juga menjadi lebih efektif.
Dikutip dari Newsweek, Ukraina berharap untuk membeli 200 kendaraan pengintai udara tak berawak yang akan terus memantau garis depan dan mengidentifikasi posisi musuh sebagai bagian dari proyek "Army of Drones".
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ukraina Bikin Perangko Bergambar Presiden Prabowo Subianto
- Gedung Putih Tuding Korea Utara Kirim 3.000 Tentara ke Rusia untuk Perang Dengan Ukraina
- Rusia Mendesak Warganya Segera Tinggalkan Israel