Virus Corona Dikelola Agar Picu Kepanikan Global, Ini Tujuannya

Pandemik virus corona yang berasal dari China telah menjadi kepanikan global. Padahal secara kuantitas masih jauh dibandingkan dampak dari virus ebola maupun flu babi. Apa penyebabnya?


Pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Suko Widodo menyebut hal ini terjadi karena perilaku over communicate.

Perilaku over communicate, kata Suko, disebar melalui media massa maupun sosial sehingga memicu kepanikan global.

Suko mencontohkan salah satunya kebijakan travel ban yang akan diterapkan pemerintah Indonesia terhadap barang-barang impor dari China.

“Virus corona sangat kuat pengaruhnya terhadap kepanikan global? Padahal secara kuantitas masih jauh dibandingkan dampak virus ebola maupun flu babi,” papar Suko kepada wartawan di Rollaas Cafe Surabaya seperti dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (5/2) kemarin.

Suko lantas membandingkan antara virus H1N1 (flu babi), ebola dan corona.

Untuk virus H1N1 terjadi pada 762 juta kasus di 214 negara. Korban meninggal mencapai lebih dari 284 ribu jiwa.

Virus ebola menyerang 33.578 kasus dan membunuh lebih dari 13 ribu jiwa.

Sementara virus corona baru menginfeksi lebih dari 24.500 orang dengan jumlah korban meninggal sebanyak 492 jiwa.

Suko melihat kedua virus flu babi dan ebola lebih ganas dari corona. Namun tidak membuat kepanikan global. Pasalnya, kedua pandemik tersebut mampu dikelola dengan baik.

“Kedua virus itu, ebola maupun flu babi mampu dikelola dengan baik sehingga dampaknya tidak terlalu menimbulkan kepanikan global,” ungkap Suko yang juga Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair ini.

Karena itu Suko menduga informasi seputar virus corona memiliki maksud dan tujuan serta feedback. Ada pola komunikasi yang sengaja didesain untuk membesar-besarkan. Sehingga berdampak pada kepanikan global.

“Tidak ada informasi gratis. Dampaknya cukup besar bagi perdagangan. Tidak bisa disalahkan kalau kita menduga ini adalah bagian dari strategi perang dagang dengan memanfaatkan pandemik virus corona,” tuturnya.

Untuk mengurangi kepanikan global, Suko menyarankan pihak-pihak terkait agar tidak telanjang mata mempublikasikan ke media ancaman virus corona yang justru akan menimbulkan kepanikan.

“Jangan ada kesimpangsiuran Informasi. Pemerintah Indonesia segera melakukan antisipasi dengan cepat dan melibatkan kalangan universitas, para ahli kesehatan, ahli virus yang memiliki kredibilitas sebagai sumber infornasi,” pungkasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news