Yadnya Kasada, Warga Tengger Doakan Wabah Covid-19 Berakhir

Warga suku Tengger Bromo menggelar perayaan Yadnya Kasad. Meski digelar di tengah Pandemi Covid-19, Umat Hindu Suku Tengger Bromo, tetap antusias melaksanakan Perayaan Yadnya Kasada 2020, Tahun Baru Saka 1942.


Mereka menjalankan upacara keagamaan, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat Seperti memakai masker, membersihkan tangan menggunakan handsanitizer dan jaga jarak.
Seperti biasanya pada puncak perayaan Yadnya Kasada, Umat Hindu Suku Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten yang berlokasi di Lautan Pasir Gunung Bromo.

Hanya saja berbeda dengan tahun sebelumnya, di tengah pandemi Covid-19 saat ini prosesi upacara Yadnya Kasada di dalam Pura berlangsung tertutup.

Di malam puncak upacara Yadnya Kasada, ada 3 warga Tengger yang mengikuti proses pengangkatan sebagai dukun. Mereka berasal dari dua desa, yakni Desa Sariwani dan Desa Sapikerep Kecamatan Sukapura.

Sebelum dinyatakan sah sebagai dukun, ketiganya terlebih dahulu mengikuti prosesi Mulunen.Yakni Wisuda Samkara atau upacara ujian, sekaligus pengukuhan dukun baru.
Mulunen dilakukan pada puncak ritual Yadnya Kasada yang dimulai sekitar pukul 03.30 WIB.
Prosesinya meliputi pembacaan sejarah Kasada, Puja Stuti Dukun Pandhita, Mulunen, dan Mekakat atau upacara penutup.

Mereka diuji langsung oleh Ketua Paruman Dukun Tengger, Sutomo yang merupakan dukun Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo

Ketua Paruman Dukun Tengger, Sutomo menyebutkan, dua warga Desa Sariwani mengikuti proses pengangkatan sebagai dukun, karena di desa setempat memang sudah tidak ada dukunnya.

Untuk warga Desa Sapikerep mengikuti proses pengangkatan sebagai dukun, guna menggantikan dukun sebelumnya dimana usianya sudah sepuh.

"Untuk yang mengikuti prosesi upacara, ada sekitar 50 dukun berasal dari Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang. Kalo dari Probolinggo sendiri, sekitar 12 dukun,"terangnya, seperti dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (7/07).

Usai melaksanakan upacara, Warga Suku Tengger selanjutnya membawa Ongkek atau aneka hasil bumi dan sesajen yang sudah dimantrai di dalam Pura, dibawa ke kawah Gunung Bromo.
Ongkek sendiri merupakan keranjang bambu yang dibuat warga Suku Tengger, sebagai wadah sesajen baik hasil bumi dan ternak.

Seorang warga Tengger, Suwita Dana Rizki mengaku lebih khidmat melaksanakan upacara Yadnya Kasada di tahun ini. Itu karena pelaksanaan upacara, dilangsungkan secara tertutup.

"Karena tertutup , jadi gak ada wisatawan saat ini. Bisa lebih bebas jalannya, dari pura menuju kawah Gunung Bromo. Kalo khawatir soal pandemi Covid-19 , tidak terlalu. Karena panitia upacara sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat,"ungkapnya.

Suwita berharap , melalui doa-doa yang telah dibacakan saat upacara seluruh hasil bumi warga Tengger semakin subur. Serta umat manusia, dijauhkan dari balak musibah dan pandemi Covid-19 segera berakhir.

Sekedar informasi, upacara Yadnya Kasada merupakan penghormatan warga terhadap leluhurnya, yakni pasangan suami istri, Roro Anteng dan Joko Seger. Keduanya rela mengorbankan anak ke – 25, yakni Raden Kusuma untuk dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo.

Raden Kusuma dikorbankan untuk menepati janji pasutri keturunan Kerajaan Majapahit itu, kepada Sang Hyang Widhi. Dan sebagai ungkapan penghormatan itu, Warga Suku Tengger lantas melarung hasil bumi ke kawah Gunung Bromo.

Menariknya, aneka hasil bumi dan sesajen yang dibuang kedalam kawah justru menjadi rebutan warga.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news