Di saat Indonesia memilih jalan demokrasi semenjak era reformasi 1998 dan kini menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, adalah sebuah ironi muncul pernyataan Menkopolhukam Wiranto yang akan membentuk tim untuk mengamati pernyataan-pernyataan tokoh masyakarat dan menutup media yang dianggap salah oleh pemerintah.
- Masih Ada Banyak Pelanggaran HAM Berat di Aceh yang Harus Diakui Negara
- Minta Perlindungan Hukum, Ratusan Nelayan Dukung Paslon Niat
- Muncul Tim Banyagan, Nadiem Diminta Ungkap Siapa Saja Anggotanya di Kemendikbud
Pihaknya khawatir dengan rencana Wiranto yang akan membuat tim untuk awasi tokoh vocal, sebab hal ini mirip dengan gaya politik Orba (orde baru) yang cenderung represif terhadap perbedaan.
"Itu wajar karena Pak Wiranto bagian dari rezim orde baru. Sebetulnya kalau yang diawasi adalah pernyataan para tokoh tak perlu membuat tim segala, hanya menghamburkan anggaran. Kan sudah ada norma perundangannya. Tinggal serahkan pada pembaga yang sudah diberi mandapat undang undang untk menjalankan tugas pengawasan,†urainya.
Apa yang dilakukan Wiranto, lanjut Redi, ditengarai karena merupakan bentuk kepanikan atas pernyataan para tokoh yang bisa menimbulkan instabilitas. Hal yang sama dilakukan pada media yang dianggap salah dan diancam akan ditutup
"Perspektifnya pakai orde baru, yang satu penanganannya dengan represif, satunya pola orde baru dengan istilah bredel,†tutupnya.[aji
- Ansor Jatim Ajak Publik Akhiri Polemik Pernyataan Yaqut
- Pemilu 2024, Golkar Pasang Target Menang Pileg Dan Pilpres
- Gerakan Perubahan: Yang Dikenang Publik Bukan Risma Mensos, Tapi Risma Si Pemarah