Sentra industri rumahan pengerajin kerupuk gareng dan rengginang di Desa Dumplengan, Kecamatan Pitu, Ngawi, kelimpungan menghadapi musim penghujan.
- Kurangi Sampah Organik, Pemkot Surabaya Beri Pelatihan Pengolahan dengan Eco Enzyme
- Ruang Pelatihan Rumah Anak Prestasi Surabaya Tak Pernah Sepi, Dinsos Atur Pendaftaran Online
- Berbagi 2.000 Bendera Merah Putih, PT JGU Ajak Refugees Turut Semarakkan HUT Ke-78 RI
Kurangnya intensitas penyinaran matahari membuat proses pengeringan jadi molor.
Alhasil, sebagian kerupuknya pun tidak layak jual ketika di pasar maupun konsumen langsung di sekitar wilayah tersebut.
Seperti yang disampaikan Sutiono dan Suprapti pengerajin kerupuk gareng mengaku selama musin penghujan kali ini omzetnya menurun.
"Pas musim kemarau cukup sehari kerupuk langsung kering tapi pada musim ginian (penghujan) bisa tiga hari," kata Sutiono pada Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (28/01).
Paparnya lagi, ketika kerupuk digoreng sebagian diantaranya sulit mengembang lantaran proses pengeringan yang kurang.
Kata Sutiono dalam sehari pembuatan kerupuk gareng berbahan baku singkong dicampur tepung tapioka tersebut sebelumnya mampu menembus 75 kilogram. Di musim penghujan terpaksa membatasi jumlah produksinya.
"Mau menaikan harga kayaknya kurang pas. Satu-satunya mengurangi produksi agar kita tidak merugi besar itu saja," pungkasnya.
- Jembatan Ngaglik 1 Lamongan yang Ambles Sudah Siap Beroperasi Kembali
- Kriteria Calon Wakil Walikota Pendamping Maidi di Pilwakot 2024
- Indeks Pembangunan Gender Jatim 2023 capai 92,15%, Pj Gubernur Adhy: Kesetaraan Terus Meningkat di Berbagai Sektor