Jiwa leadership Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dinilai kurang memadai sebagai pemimpin menyusul sikapnya yang menangis dan bersujud di sejumlah dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Menurut pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam, sikap Risma yang biasanya temperamental dan berubah sujud, justru menunjukkan kelemahan dia sebagai pemimpin.
- Lolos Seleksi Calon Hakim MK, Ijazah S3 Asrul Sani Disoal
- Rizal Ramli: PKB dan PAN Hasil Reformasi, Kok Tega-teganya Mau Melawan Konstitusi
- AHY Berpeluang Maju Pilpres, Tantangan Demokrat Ada di Koalisi
“Bagaimana mungkin seorang pemimpin sampai nyungkem-nyungkem seperti itu. Saya lihat beliau juga terlalu tempramen dan suka marah-marah. Pemimpin itu tidak seperti itu, pemimpin itu smart, kalau kerjaannya marah, nyungkem-nyungkem ya diragukan kepemimpinannya," ucap Saiful Anam dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (30/6).
Dikatakan Saiful, sebagai seorang pemimpin, Risma seharusnya mengedepankan rasionalitas dibanding perasaan. Apalagi gaya sungkeman dan sujudnya bertentangan dengan kebijakan PSBB yang diperpanjang.
"Kok tiba-tiba nyungkem-nyungkem karena angka positif Covid-19 masih tinggi, padahal PSBB sebelumnya minta dihentikan. Ini kan kontradiktif. Rakyat makin tidak simpatik dengan gaya-gaya kepemimpinan seperti Risma, makin tidak menunjukkan kelas seorang pemimpin," demikian Saiful.
- KPU Surabaya Jelaskan Aturan Pemasangan APK Pemilu Tahun 2024
- Mudahkan Kerja Jurnalis, Panitia Daerah Sediakan Press Room Muktamar NU
- PKS Dari Awal Sudah Ingatkan Pemerintah Jangan Naikkan BBM