Kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya pada Sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020 dan baru dipublikasikan 28 Juni 2020 menunjukkan kepada publik bahwa kepala pemerintah telah gagal menyusun kabinetnya sendiri.
- KSAD Ingin Rangkul KKB, Muslim Arbi: Sebaiknya jadi Diplomat Saja
- Cak Imin Akan Evaluasi UU ITE Jika Menang Pilpres 2024
- Golkar Usul Ambang Batas Parlemen Dinaikkan Jadi 8 Persen
Pasalnya, dalam pidato itu Jokowi mengancam akan melakukan reshuffle kabinet karena kinerja para pembantu dinilai biasa-biasa saja dalam menangani Covid-19. Padahal, sejak awal penyusunan kabinet menteri-menteri tersebut dipilih oleh Jokowi.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (1/7).
"Padahal, sejak mengenalkan para menteri, presiden terlanjur memuji setinggi langit menteri pilihannya, mulai dari kebanggaan karena usia muda, hingga karena miliki jabatan fungsional jenderal. Tetapi, semua tak sesuai harapan," ujar Dedi.
Menurut pengamat poltik jebolan Universitas Telkom ini, tidak heran apabila para menteri yang dipilih Presiden Jokowi itu kinerjanya mengecewakan bagi sang presiden itu sendiri. Sebab, pemilihan mereka sebatas didasarkan pada "politik balas budi" saat pilpres.
"Presiden akan dianggap hanya meneruskan antrean untuk posisi menteri, mengingat usia kabinet yang belum genap satu tahun. Anggapan ini tentu mengarah pada “politik balas budi” seusai Pilpres 2019," demikian Dedi Kurnia Syah.
- Bantu Peternak Yang Rugi Akibat Wabah PMK, DPRD Jatim Minta Pemprov Kucurkan Dana Darurat
- Khulaim Junaidi Berharap Lahan Pertanian Terus Dijaga, Jangan Sampai Bekurang
- Capres Cawapres Diminta Jaga Komitmen Boikot Produk Terafiliasi Israel
ikuti update rmoljatim di google news