Freedom of Speech Lebanon Sangat Tinggi, Kebebasan Pers Sudah Jadi Ideologi Warisan

Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari/Repro
Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari/Repro

Lebanon menjadi satu-satunya negara dengan tingkat kebebasan berpendapat yang sangat tinggi menyerupai Eropa.


Hal ini disampaikan Duta Besa RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari dikutip Kantor Berita RMOLJatim dalam obrolan diskusi bertema ‘Di Balik Ledakan Lebanon’ yang digelar RMOL.ID melalui daring zoom, Jumat (6/8).

“Kebebasan di Lebanon sangat tinggi, baik kebebasan berpendapat, berekepresi, beragama, dan pers nomer satu,” kata Hajriyanto.

Menurut Hajriyanto, hampir setiap hari Lebanon selalu ada demonstrasi. Para pendemo mengkritik kebijakan pemerintah. Mereka berorasi, berdandan nyentrik, bikin parodi hingga bikin panggung lengkap.

“Demonstrasi di Lebanon tidak ada jam. Demo bisa menjelang subuh. Dan semua media massa boleh menyiarkan langsung. Banyak televisi bebas bikin siaran demonstrasi,” terang Hajriyanto.

Bahkan di tengah pandemik Covid-19, tidak menyurutkan warga Lebanon untuk berdemo.

Freedom of speech warga Lebanon sangat tinggi. Di tengah pandemik Covid-19 mereka tetap demo. Hanya satu yang menghentikan demo yakni musim dingin,” tandasnya. 

Namun Hajriyanto mencatat, ada beberapa demo di Lebanon yang menyebabkan korban jiwa. Demo tersebut terjadi kondisi perekonomian buruk akibat pandemik Covid-19.

“Demo akibat Covid-19 tidak pernah terjadi insiden antar pendemo dan aparat. Kini ada insiden pendemo meninggal karena bentrok dengan aparat,” tuturnya.

Hajriyanto menjelaskan, kebebasan pers di Lebanon benar-benar dijunjung tinggi. Hal itu disebabkan merupakan warisan revolusi Prancis.

“Lebanon tidak ada Undang Undang yang mengatur pers. Tidak ada menteri penerangan atau menteri informasi yang mengancam pers atau mengintimidasi pers. Sebab kebebasan sudah jadi ideologi warisan Prancis, yakni ideologi freedom of speech,” jelasnya.

Diceritakan Hajriyanto, tradisi kebebasan di Lebanon dituangkan dalam kitab maupun buku.

“Saking tingginya tradisi literal di Lebanon, bahkan banyak orang dari luar Lebanon menulis buku dan diterbitkan di Beirut. Di sini buku-buku liberal dicetak bebas. Buku atheis juga begitu,” tandasnya.