Buku Karya Ben Bland Mengandung Nilai Kebenaran Betapa Kontradiksinya Jokowi 

Buku "Man of Contradictions - Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia" karya Ben Bland/Net
Buku "Man of Contradictions - Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia" karya Ben Bland/Net

Buku karya Direktur Program Asia Tenggara di lembaga Lowy Institute, Ben Bland berjudul "Man of Contradictions - Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia", merupakan kajian dan riset ilmiah tentang Presiden Jokowi yang relevan dan dikemas secara apik. 


Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin mengatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia sudah mengetahui sikap kontradiktif dari presidennya. Dan Ben Bland, mampu menjelaskannya secara terperinci dalam sebuah buku. 

"Masyarakat Indonesia sudah sangat paham akan sosok Jokowi yang penuh kontradiksi tersebut," kata Ujang Komarudin dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/9).

"Sesungguhnya sosok Jokowi tak terlalu sulit untuk bisa dibaca dan dipahami. Apa yang dilakukan Ben dalam risetnya mengandung nilai-nilai kebenaran. Dan itu juga sudah diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia," sambungnya. 

Menurut pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia ini, karya ilmiah dari peniliti asal Australia itu sangat menarik meskipun tidak secara frontal menyebutkan bahwa kontradiktif Jokowi disebut tidak melulu negatif. 

"Walaupun Ben dengan jelas dan halus mengatakan, bahkan kontradiksi tersebut tak perlu selalu negatif. Sesungguhnya karya Ben tersebut membuktikan bahwa sosok Jokowi yang berangkat dari tukang mebel, menjadi walikota, gubernur, lalu presiden merupakan sosok yang penuh kontradiksi," tutur Ujang Komarudin. 

Lebih lanjut, apa yang ditulis oleh Ben Bland dalam bukunya yang berisi enam bab dan 180 halaman tentang sosok Jokowi ini membuka perspektif lain bagi masyarakat Indonesia sendiri. Sehingga kekhawatiran akan kontradiksi Presiden Jokowi lebih dari sekadar absurd. 

"Yang berbahaya bagi saya adalah jika kontradiksi itu terjadi pada level, apa yang dikatakan berbeda dengan apa yang dilakukan," demikian Ujang Komarudin.