Harga Tak Beranjak Naik, Petani Kopi di Malang Mengeluh

Petani kopi di Dampit/Ist
Petani kopi di Dampit/Ist

Harga kopi tidak pernah beranjak naik. Saat ini berkisar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 sejak tahun 2000 silam. Para petani di Kabupaten, khususnya di daerah Dampit dan lereng Arjuno mengeluh


Harga yang stagnan di berbagai komoditas pertanian perkebunan juga disesalkan para petani kopi, lantaran kopi merupakan tanaman ikon Kabupaten Malang.

"Masa harganya belum pernah naik, dari harga dua puluh ribu hingga dua puluh lima ribu sejak tahun 2000-an. Padahal tanaman kopi ini kan tanaman ikon Kabupaten Malang. Kami sangat prihatin," ungkap Tamin, petani kopi Dampit dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (18/9)

Kopi, lanjut Tamin, memang bukan komoditas yang mutlak dibutuhkan oleh pasar. Akan tetapi, bisa disebut sebagai konsumsi sekunder.

"Sudah selayaknya industri petani kopi terlindungi, sehingga diharapkan harga kopi bisa lebih baik," katanya.

Lebih Jauh Tamin menegaskan, dengan harga yang sekarang petani merasa rugi, karena tidak bisa menutup biaya oprasional.

Agar tak merugi, beberapa upaya pun dilakukan oleh para petani. Semisal melakukan diversifikasi horisontal, yaitu tumpang sari tanaman dalam satu kebun. Seperti, kopi, pisang, cengkeh, kelapa dan jahe. Dan, diversifikasi vertikal yaitu dengan menaikan mutu dan kualitas dari kopi asalan ke kopi premium atau petik merah.

Tamin juga menambahkan, bahwa perkiraan jumlah petani kopi ada sebanyak 2.500 petani. Sedangkan untuk desa penghasil kopi di Kecamatan Dampit antara lain Sukodono, Srimulyo, Baturetno, Bumirejo, Amadanom dan sebagian Sumbersuko.

"Desa terbanyak penghasil kopi ya Sukodono, Baturetno, Srimulyo dan Bumirejo," tutur Tamin.

Terakhir, Tamin berharap bahwa para petani menginginkan supaya lebih berdaya dengan melakukan penguatan kelembagaan dan teknis budidaya tanaman Kopi sesuai dengan standarisasi Kementrian Pertanian.

Maka dari itu, dibutuhkan sinergi antara perusahaan swasta, akademisi serta Pemkab Malang.
 
"Kalau bisa saling bersinergi dan saling mencari solusi agar nilai tawar dan nilai jual meningkat," pungkas Tamin.