Joman Jatim Sebut Kinerja Kementan Gagal 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Joman Jawa Timur, Arief Choirie/Repro
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Joman Jawa Timur, Arief Choirie/Repro

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Joman Jawa Timur (Jatim), Arief Choirie, menilai kinerja Kementerian Pertanian atau Kementan gagal dalam kinerja menciptakan ketahanan pangan. Sebab, saat ini harga gabah mengalami penurunan dan petani sangat kesulitan mendapatkan pupuk yang bersubsidi.


“Kementerian Pertanian kinerjanya perlu di evaluasi. Belum selesai soal pupuk subsidi yang langka di beberapa daerah, kini harga gabah dari petani  mengalami penurunan yang tajam. Kasihan petani, apalagi ada rencana impor beras satu juta ton, terus bagaimana nasib petani," tegasnya kepada Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (12/3).

Menurut Arief, mestinya Kementan dan kementerian terkait melakukan antisipasi terkait harga beli gabah di tengah masa pandemi Covid-19 dan musim penghujan, jangan sampai merugikan petani. 

“Pada tahun-tahun sebelumnya ketika musim penghujan, harga gabah bisa diantisiapasi, meskipun hujan masih tinggi sebelum panen raya,  jangan sampai seperti  kasus di Ngawi dan Bojonegoro harganya Rp 3.800 perkilogram, tapi tengkulak jarang yang mau beli karena tinggi kadar airnya. Kan ada prediksi April awal masih ada hujan tinggi. padahal HPP GKP (Harga Pembelian Pemerintah Gabah Kering Panen) Rp 4.200 perkilogram," ungkapnya.

Kementan, sambung Arief, sebagai pembantu Presiden seharusnya bisa memberikan fasilitas yang bisa melindungi hasil panen petani tersebut, baik melalui anggaran maupun kebijakan.

"Jangan membuat kebijakan yang membuat harga beras di tingkat petani makin ambrol," ucapnya.

Sebelumnya hal yang sama juga dirasakan oleh petani Lamongan yang mengelu karena anjloknya harga gabah kering ataupun gabah basah dari sawah. Penurunan harga yang cukup memperihatinkan yaitu tak sampai Rp 4.000 perkilonya.

“Sebelumnya, harga gabah masih papat punjul (Rp 4000 lebih), tapi sekarang saat musim panen tiba jadi papat bolong (Rp 4.000 kurang) ya mau gimana lagi, mau protes kemana mau, gak mau kita harus jual hasil panen untuk biaya hidup,” ungkap petani di Kecamatan Sugio, Sandi.

Sandi mengaku, bahwa petani tidak mengetahui faktor anjloknya harga gabah, sedangkan kualitas gabah di musim panen kali ini tergolong bagus di banding panen tahun lalu. 

“Petani kini harus dibuat pusing apalagi para petani menjelaskan untuk biaya mulai dari pembibitan, tanam, perawatan sampai dengan panen tidak sedikit," ujarnya.

Sementara itu, daerah Kabupaten Lamongan yang saat ini mulai panen ada di daerah bagian selatan, seperti Sugio, Sukorame, Bluluk dan daerah selatan lainnya. Lalu akan disusul panen raya di seluruh daerah Lamongan. Hal ini membuat petani lainya di daerah utara risau.