PSI Minta Pemkot Surabaya Berikan Insentif Bagi Nakes di Suramadu

Ilustrasi tenaga kesehatan / RMOL
Ilustrasi tenaga kesehatan / RMOL

Sekitar dua pekan ini kasus Covid-19 mengalami tren kenaikan secara nasional. Beberapa daerah mengalami lonjakan kasus yang signifikan termasuk wilayah Bangkalan, Jawa Timur. 


Mengantisipasi perluasan penyebaran, Pemkot Surabaya telah melakukan penyekatan dan swab massal warga yang melintas di Jembatan Suramadu. 

Upaya penyekatan ini mengerahkan banyak tenaga kesehatan (nakes) dari Surabaya. 

Anggota dewan komisi D fraksi PSI Surabaya, Tjutjuk Supariono, berharap kepada Pemkot Surabaya untuk memberikan tambahan insentif bagi nakes sebagai apresiasi kerja keras mereka. 

“Kemarin (16/06) saya melakukan pemantauan lapangan ke Suramadu. Saya sangat mengapresiasi semua pihak yang sudah bekerja keras mulai dari Satuan Brimob, Satlantas, Polres Pelabuhan Tanjung Perak, dan nakes. Khusus teman-teman nakes mereka tetap kuat memakai APD lengkap di tengah terik matahari. Perjuangan mereka luar biasa dan sudah sewajarnya Pemkot mempertimbangkan insentif kepada nakes sebagai ucapan terima kasih telah menjaga warga Surabaya” ucap Tjutjuk, kepada Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (17/6)

Sejak dilangsungkannya penyekatan, para nakes mengalami penambahan beban kerja. Proses vaksinasi yang dituntut cepat, pelaksanaan tes swab, tim gerak cepat (TGC), dan pelayanan kesehatan non-covid semuanya dijalankan oleh nakes. 

Tingginya capaian vaksinasi dan terkendalinya penyebaran kasus covid di Surabaya, lanjut Tjutjuk, selama ini adalah berkat kerja keras nakes. Mereka terus melakukan pekerjaan secara optimal meskipun resiko terpapar varian baru Covid-19 sangat tinggi.

“Saya mendapat informasi bahwa ada ratusan nakes yang dilibatkan bekerja bergantian di penyekatan Suramadu. Saya berharap ada pencatatan yang baik terkait dengan tambahan tanggung jawab ini supaya bisa dijadikan dasar pemberian insentif. Harapannya dengan adanya insentif ini bisa semakin memotivasi teman-teman nakes bekerja melindungi warga Surabaya ” jelas Tjutjuk.

Dijelaskannya,  peningkatan kasus covid di Bangkalan masih terus terjadi sehingga daya tampung rumah sakit disana telah mendekati jenuh. Kasus covid meningkat hingga 715% dan Bed Occupancy Rate (BOR) atau pemanfaatan tempat tidur rumah sakit telah mencapai 94%. Kondisi ini kemudian berpengaruh ke penanganan Covid di Surabaya karena statusnya sebagai ibukota provinsi yang memiliki fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dan menjadi rujukan daerah sekitar. 

BOR di Surabaya meningkat dari 21% ke angka 53% akibat peningkatan kasus baru-baru ini. Kabar baiknya, kasus Covid di internal Surabaya sendiri belum mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu hanya sebesar 0,16% per tanggal 16 Juni 2021. Ini semua berkat kerja keras nakes dan seluruh warga Surabaya yang terus tertib menjalankan protokol kesehatan.